Opini Oleh : Uce Prasetyo
SEBAGAI nilai, Agama itu penting. Nilai dan esensi nya, bermanfaat, jadi pedoman hidup.
Sebagai identitas, sebagai objek, agama bisa jadi membahayakan. Bukan karena agamanya. Bukan karena nilai agama nya. Tapi karena identitas nya dan atau tindakan pelakunya.
Tak bisa dipungkiri. Apapun bisa jadi identitas. Gender, desa, wilayah, suku, club bola, club hobby, ormas, klan, marga, warna kulit, agama, negara dll. Semuanya bisa jadi identitas.
Dan sebagai identitas. Identitas apapun, sesuai definisi nya. Memunculkan warna. Pembeda. Karakteristik. Terkotak kotak. Yang ujungnya adalah ini kami, itu kalian. Karena itu identitaslah yang paling sering jadi penyebab konflik. Itu alamiah, natural dan Tuhan mengizinkan itu.
Bersamaan dengan timbulnya identitas. Agama mempunyai esensi nilai. Yaitu keyakinan pada sang pencipta, welas asih (kasih sayang), berbagi kebajikan, saling menghormati, dll.
Identitas suatu agama idealnya penekanan nya pada internal. Ketika ke eksternal. Berinteraksi dengan penganut agama lain, maka nilai esensi agama yaitu saling menghormati dan berbagi kebajikan. Mutlak perlu dijalankan. Dengan itu, hubungan antara agama apapun akan damai, harmonis tanpa menggangu hal hal prinsip di keyakinan masing-masing.
Yakin terhadap Tuhannya, nabinya, tata cara ibadahnya, itu wajib. Menganggap yang paling benar juga boleh dan harus. Asal itu ditujukan kepada diri sendiri dan di internalnya. Serta tidak membahas identitas agama lainnya.
Pun, sama seperti identitas lainya misal keluarga, negara, dll. Bila kita terpaksa membahas identitas agama lain. Karena harus menjelaskan kepada kalangan internal yang bertanya-tanya. Sebaiknya, itu terbatas dikalangan internal, idealnya tanpa dokumentasi yang bisa bocor ke ranah publik.
Bagaimana kewajiban syiar atau pengkabaran agama kepada khalayak publik? Tak jadi masalah, asal fokus saja mengabarkan, mensiarkan, agamanya masing-masing. Bukan mensiarkan atau membahas agama lainnya.
Apa yang di lakukan Mohammad Kece, saya yakin juga tidak disenangi banyak pihak. Menjelekkan keyakinan lain, tidak akan memuliakan agama yg dianutnya, tidak juga merubah keyakinan orang lain. Yang ada adalah keributan, serta meretakkan harmoni yang ada.
Dan semoga, tak ada lagi sejenis ulah, Mohammad Kece lainnya. Dari agama manapun.
Sejatinya, bila kita betul betul yakin akan KEMAHA KUASAAN TUHAN yang kita yakini, apapun keyakinannya. Siapapun manusia, beriman atau tidak beriman, adalah diciptakan oleh TUHAN dan makhluk dari TUHAN yang kita yakini. (*)