Opini  

Tiga Pesan Pak Gub Kaltim, Mampukah Moderasi Memajukan Bangsa?

Semenjak moderasi masuk pada RPJMN tahun 2020-2024, arus moderasi kian deras. Sejumlah kebijakan keluar seakan “mengiyakan” proyek moderasi. Dari adanya Perpres RAN PE, SKB 3 Menteri tentang larangan Seragam Berjilbab, berbagai ToT (Trainer of Trainer) tentang moderasi hingga isu-isu intoleransi dan radikal terus menerus tiada surut. Dari pusat hingga daerah.

OPINI OLEH : Dhevy Hakim

Begitu pula di bumi Etam. Opini moderasi cukup deras disampaikan oleh pesohor Kalimantan Timur. Dalam pembukaan rapat kerja Kanwil Kemenag Kaltim tahun 2021 pada hari Selasa (26/1/2021) di Hotel Mercure Samarinda, Gubernur Kaltim Dr. HM Isran Noor menyampaikan tiga pesan penting untuk jajaran Kanwil.

Tiga pesan yang disampaikan Gubernur Isran Noor menjadi poin penting bagi jajaran Kanwil Kemenag Kaltim.

Pertama, diharapkan pelayanan manajemen birokrasi yang semakin mudah dan andal. Kemudian, bagaimana penguatan ukhuwah moderasi beragama. Ketiga, membangun penguatan ukhuwah wathaniyah atau saudara sebangsa dan tanah air walaupun tak seagama dan suku. (kaltimprov, 26/1/2021).

Moderasi Membahayakan

“Jika itu terbangun dengan baik, kami yakin kemajuan bangsa akan bisa diwujudkan,” jelas Gubernur Isran setelah menyampaikan tiga pesan penting untuk jajaran Kanwil Kemenag Kaltim salah satunya mengenai moderasi dan wasathaniyah. Artinya berjalannya moderasi dan wasathiyah dianggap mampu mempercepat kemajuan bangsa. Benarkah?

Sekilas mungkin saja benar bila dilihat dari aspek modal pembangunan dibutuhkan modal persatuan bangsa dan dari aspek modal kreativitas dibutuhkan keterbukaan pemikiran. Tidak memungkiri realitas penduduk Indonesia heterogen pun di bumi etam.

Namun yang mendasar harus ditelaah lebih dulu yakni mengenai moderasi itu sendiri. Masyarakat harus paham ide modersi bukanlah dari leluhur Nusantara apalagi dari Islam. Tetapi moderasi paham dari barat.

Secara istilah kata “moderasi” diambil dari Bahasa Latin “moderâtio” yang artinya kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Sedang menurut KBBI, moderasi bisa diartikan sebagai pengurangan kekerasan atau penghindaran ke-ekstreman. Sederhananya yang diinginkan dari ide moderasi adalah pemahaman yang menjadikan seseorang liberal dan sekuler. Dan inilah yang nantinya dianggap lebih ramah, toleransi, tidak ekstrim, tidak radikal dan mampu menjaga kesatuan.

Dari aspek persatuan, konsep wasathiyah atau saudara sebangsa sejatinya termasuk pada ikatan yang lemah. Tidak boleh gegabah menilai seakan-akan bila ada sebagian masyarakat yang memegang teguh ajaran agamanya dianggap memecah belah, ekstrim atau radikal. Berjilbab bahkah bercadar, berjenggot, bercelana cingkrang adalah bagian syariat Islam yang ada dalilnya. Islam kaffah, Jihad dan khilafah bagian juga dari ajaran Islam.

Kenyataan masyarakat Indonesia yang heterogen tak bisa dibantahkan, namun bukan berarti perwujudan toleransi dimaknai harus melakukan hal yang sama.

Moderasi sendiri yang sebetulnya akan memecah belah umat. Umat akan dikotak-kotakkan dengan label fundamental/radikal/ekstrim, tradisional, moderat dan liberal. Umat akan saling bermusuhan. Hal ini sebetulnya sesuai dengan dokumen dari RAND Corporation, yakni lembaga riset swasta Amerika telah membuat grand design untuk menghancurkan gerakan Islam, yakni dengan cara mengelompokkan gerakan-gerakan Islam yang ada di masyarakat menjadi empat kelompok dengan ciri dan status masing-masing.

Kelompok tersebut adalah Islam fundamentalis/ radikal dengan status berbahaya, Islam Tradisional dengan status waspada, Islam Moderat dengan status aman dan Islam Liberal dengan status sangat aman. Bila proyek ini berhasil maka Amerika sebagai pengendali dunia saat ini akan mudah mencengkeram negeri-negeri lain untuk dikeruk kekayaan alamnya.

Dari aspek keterbukaan pemikiran diluar agamanya haruslah ditelaah lebih dalam. Ramah terhadap pemikiran barat seperti demokrasi, liberalisasi, sekularisme akan membawa dampak yang luar biasa. Konsep kemajuan bangsa lewat ekonomi, teknologi, industri dst pasti tidak akan membawa-bawa perkara agama. Hal ini sangat membahayakan.

Tidak hanya bagi aqidah umat Islam, lebih lanjut akan berdampak pada terjebaknya generasi penerus bangsa pada pergaulan bebas, kriminalitas, dst bahkan bisa berdampak pada rapuhnya keluarga sebagai benteng pertahanan terakhir. Model seperti ini hanya akan membawa pada kemajuan yang semu saja.

Kemajuan Bangsa yang Hakiki

Melihat dampak yang ditimbulkan, ide moderasi yang diharapkan mampu mempercepat kemajuan bangsa seakan tinggallah mimpi belaka. Musibah terbesar saat ini adalah tidak melibatkan Allah dalam semua urusan dan justru mengikuti arahan-arahan dari negara kapitalis.

Padahal Islam yang Allah turunkan sudah pernah diterapkan secara kaffah selama 1400 tahun lamanya. Mampu mewujudkan peradaban yang agung. Peradaban yang membawa kesejahteraan, keadilan bahkan kemajuan sains dan teknologinya. Sejarah negeri ini juga sudah membuktikannya. Perlawanan terhadap para penjajah tak lepas dari peran ulama dan semangat jihad.

Sudah saatnya merenungkan ayat Allah SWT yang ada pada Q.S Al-A’raf ayat 96. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Insyaallah, dengan iman dan taqwa saja kemajuan bangsa ini yang hakiki akan terwujud. Kemajuan bangsa lewat moderasi hanyalah mewujudkan kemajuan yang semu. Umat Islam terutama emak-emak millenial yang menginginkan kondisi lebih baik di masa mendatang termasuk peduli pada nasib generasi mendatang tak boleh kendor “berisik” menolak moderasi.

Tak lelah pula sampaikan argumentasi solusi untuk negeri tercinta ini dengan solusi dari Illahi Robbi, yakni Islam kaffah yang akan membawa rahmat untuk semesta alam. Wallahu a’lam bishowab. (*)

Billy Bets – Join Billy Bets for non-stop action, big wins, and an unforgettable betting experience anytime, anywhere.