Lagi dan lagi narasi moderasi beragama masih dihembuskan hingga hari ini, apa sebenarnya moderasi itu? Kata moderasi sendiri berasal dari bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-sedang-an, tidak kelebihan, dan tidak kekurangan, alias seimbang. Jika disandingkan dengan agama, kurang lebih berarti tidak berlebihan dalam praktik agama. Tujuan moderasi beragama ini untuk menciptakan kerukunan, kedamaian, keharmonisan antar umat beragama.
OPINI OLEH : Annisa Putriawantiko (Mahasiswi)
Upaya ini terus digencarkan tidak hanya di perkotaan besar saja, tetapi di daerah terpencil menjadi sasaran narasi moderasi. Tidak terkecuali Kalimantan Timur (Kaltim), terbukti dengan ide moderasi beragama masuk ke salah satu point yang disampaikan oleh gubernur Kaltim pada Rapat Kerja Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Kaltim Tahun 2021.
Dikutip dari laman kaltimprov.go.id, tiga pesan yang disampaikan Gubernur Isran Noor menjadi poin penting bagi jajaran Kanwil Kemenag Kaltim. Pertama diharapkan pelayanan manajemen birokrasi yang semakin mudah dan andal. Kemudian, bagaimana penguatan ukhuwah moderasi beragama dan ketiga membangun penguatan ukhuwah wathaniyah atau saudara sebangsa dan tanah air walaupun tak seagama dan suku.
Tidak cukup sampai disitu, masih dalam wilayah Kalimantan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutan sebuah acara daring di Kalimantan Tengah menyampaikan dan menyerukan kepada pemuda agar memanfaatkan sosial media untuk menyebarluaskan ide moderasi beragama sebagai upaya menjaga kesatuan bangsa. (Antaranews.com)
Moderasi beragama dianggap sebagai model terbaik membangun kerukunan dalam keberagaman agama di negeri ini. Di saat yang sama pula, dimunculkan label ekstrim sebagai model buruk pemahaman beragama yang bertentangan dengan moderasi. Mirisnya, Islam extrimis diframingkan kepada mereka yang getol taat syariat Islam secara tolalitas tanpa kompromi. Maka, Islam moderat menjadi tandingan Islam ekstrimis.
Jika kita telisik lebih dalam, ternyata efek dari benturan kedua narasi ini sangatlah membahayakan kaum muslimin. Di antaranya berpotensi menyamarkan kaum muslimin dari pemahaman Islam yang benar, sebab akan menimbulkan kebingungan akan syariat. Tercampurnya mana yang boleh dan tidak, cenderung melihat mayoritas lingkungan dibanding hukum Allah SWT. Bahkan mengakibatkan islamophobia di tengah kaum muslimin, takut akan ajaran Islam akibat narasi hoaks yang dibangun oleh kafir Barat.
Selanjutnya, dapat memecah belah umat Islam dengan berbagai pengelompokkan islam oleh ide Barat. Alhasil, akan melanggengkan ide-ide rusak Barat untuk terus berkuasa di kehidupan kaum muslimin. Hal ini pula yang mencegah kebangkitan Islam, moderat mengebiri ajaran Islam menjadi sekadar agama spiritual sebagaimana agama lainnya. Ia mengebiri aspek politis Islam yang merupakan ideologi dan sistem hidup yang sempurna.
Celakanya praktik moderasi beragama justru bertentangan dengan syariat Islam dan menjauhkan umat Islam dari aqidah serta syariat Allah. Kaum muslimin cenderung pilah-pilih dalam mentaati perintah Allah SWT, memberi kelonggaran pada kemaksiatan dengan dalih kemashlatan, ikut dalam perayaan agama lain atas nama toleransi, bahkan berpotensi menghalalkan apa yang diharamkan Allah atas nama kesepakatan bersama, na’udzubillahi mindzalik.
Dengan demikian, jika kita lihat hal ini jelas merupakan propaganda kafir barat dalam merusak Islam dan kaum muslimin, merekalah yang mengkotak-kotakkan Islam ke beberapa golongan seperti extrimis, liberal, moderat dan lainnya semua ini adalah desain orang-orang yang tidak suka dengan Islam yaitu Kafir Barat dan anteknya.
Sesuai dengan tabiatnya, kafir Barat dalam setiap agendanya pasti memiliki visi untuk menjauhkan Islam dari kehidupan kaum muslimin, juga ingin menghentikan laju gerak kebangkitan Islam yang mereka tahu betul hal itu akan terjadi, maka tidak heran dewasa ini mereka semakin getol menyerang dan memusuhi Islam dengan berbagai upayanya termasuk moderasi beragama yang telah dikemas cantik namun membahayakan kaum muslimin.
Maka, membenturkan moderasi dengan ekstrim adalah bagian dari strategi imperialis barat untuk menjauhkan Islam dari kaum muslimin. Ditambah lemahnya negeri-negeri muslim hari ini tak lebih menjadi negara pengekor yang membebek dan tunduk pada kekuasaan negara adidaya barat dalam sebagian kebijakannya.
Oleh karena itu, hendaknya kita bertanya dari moderasi tadi, kedamaian atau keharmonisan seperti apa yang ingin dicapai dan untuk siapa? ternyata tak ayal itu semua adalah hanya untuk memenuhi keinginan dan kepentingan mereka para kafir Barat. Bukan untuk umat Islam bahkan sudah dipastikan tak ada satupun kemashlahatan bagi kaum muslimin.
Maka dengan begitu, hendaknya kaum muslim menyadari dan memperhatikan bahaya dari ide-ide barat yang tak terlihat. Serta tidak mengambil apapun dari program yang mereka buat, Jangan sampai terikut dan terpengaruh dalam pengotak-ngotakkan yang mereka desain. Sebaliknya, tetap istiqomah menjalani Islam secara kaffah dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tak perlu melihat pada yang selain dari Islam, sebab Islam sudah sempurna dan paripurna untuk mengatur kehidupan manusia.
Allah SWT Berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …”
(QS. Al-Maidah : 3) (*)
*Artikel opini di atas sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis