Kasus covid-19 di Kaltim sangat meresahkan, awal tahun disambut dengan kenaikan angka positif. Kini sudah tidak ada lagi daerah dengan zona hijau. Kini kondisi sudah sangat menjepit. Pemerintahpun sudah mengerahkan berbagai strategi agar bisa menurunkan angka positif covid-19. Mulai dengan pemberlakuan pembatasan sosial yang diawal dengan nama PSBB, kemudian berlakunya rapid tes untuk perjalanan laut dan udara. Namun, covid-19 tetap tinggi.
OPINI OLEH : Andi Putri Marissa (Praktisi Pendidikan, Aktivis Muslimah)
Kini PSBB berganti ke PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, begitupula rapid antigen kini diberlakukan hingga ke jalur darat. lonjakan penambahan kasus positif terus menghiasi. Data yang masuk pada 26 Januari 2021, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melaporkan sebanyak 557 warga di sana terkonfirmasi positif. Demikian yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim dr Padillah Munte Runa, tambahan kasus aktif didominasi tiga daerah, yakni Balikpapan dengan 117 kasus, Kutai Kartanegara 115 kasus dan Bontang 104 kasus. tidak hanya itu, tambahan kasus aktif lainnya terjadi di Berau 19 kasus, Kutai Barat 27 kasus, Kutai Timur 43 kasus, Paser 56 kasus, Penajam Paser Utara 3 kasus dan Samarinda 73 kasus. (jpnn.com, 27/01/2021)
Tentu tidak ada yang diuntungkan dari covid-19 ini, semua pihak merasakan akibatnya terutama bagi para pelaku usaha, sebelum ada PPKM ekonomi memang sempat mencoba untuk merangkak naik meski tak seberapa, akan tetapi kembali turun ditambah lagi dengan adanya penerapan PSBB kemudian PPKM. senada yang disampaikan oleh Adelina selaku Corporate Communication e-Walk Mall dan Pentacity Balikpapan kepada Suarakaltim.id pada Rabu (27/1/2021), bahwa Sebelum penerapan PPKM, pihaknya mencoba merangkak untuk kembali. mereka mengadakan beberapa program dan segala macam, lalu tiba-tiba PPKM diberlakukan. Saat itu omzet, okupansi dan sebagainya semua turun di berbagai tenant.
Ekonomi menjadi salah satu pertimbangan atas pemberlakuan PPKM, sangat dikhawatirkan matinya ekonomi ditengah kondisi pandemi. Namun begitu adanya, sistem kapitalisme dengan asas materinya, berjalan dalam kubangan riba. mudah terpukul dengan pandemi yang melanda. para kapitalis sangat dirugikan, sebenarnya semua pihak merasakan kerugian. tetapi mereka “kapitalis” tidak sabaran, time is money mungkin seperti itu diartikannya. sehingga enggan untuk diterapkannya lockdown yang akan membuat “mereka” rugi. bahkan awal dicanangkannya aktivitas New Normal mendapatkan kritikan dari para ahli kesehatan melihat kurva epidemiologi yang jauh dari kata melandai, menunjukkan titik puncak (peak) pun belum.
Pembukaan jalur darat dan udara menjadi salah satu faktor terbesar memuncaknya angka positif. andaikata awal pandemi muncul dengan jumlah kasus positif yang masih sedikit, kemudian bergegas menerapkan penutupan atau lockdown, maka cukup berpengaruh pada penekanan covid-19. Namun “nasi sudah menjadi bubur” sepertinya pas untuk mengambarkan kondisi saat ini. kini angka positif sudah mencapai 1 juta kasus. PSSB, PPKM seperti tidak menjadi solusi yang pas.
Islam merupakan agama dengan seperangkat aturan yang lengkap untuk menyelesaikan permasalahan umat manusia. begitulah Rasulullah semasa hidupnya sudah mengambarkan kepada kita bagaimana penerapan islam baik dari segi individu, bermasyarakat serta bernegara. melihat kondisi pandemi yang makin meningkat ini, sudah sepantasnya tidak menutup mata atas solusi yang diberikan oleh islam.
Kita ketahui, bahwa virus covid-19 adalah salah satu makhluk ciptaan Allah sehingga Allah pasti tahu betul bagaimana ciptaanNya, maka sudah semestinya mengembalikan segala solusinya kepada Sang Pemilik, yakni Allah SWT. Sungguh sangat mudah bagi Allah untuk memerintahkan agar pandemi ini segera mereda. namun, kapankah itu semua terjadi? tentu saja ketika kita mencoba menerapkan apa yang Allah perintahkan.
Lockdown memang dikenal sebagai solusi yang tepat menangani pandemi, dan itu adalah salah satu perintah Rasulullah SAW, Beliau saw bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari). dan perihal inipun pernah diterapkan ketika masa kepemimpinan Umar Bin Khathab ra. yang berhasil melawan wabah Tha’un sekitar tahun 18 Hijriah di Damaskus. itu semua juga didukung oleh keseriusan Umar bin Khathab sebagai pemimpin dan ekonomi yang berlandaskan islam mampu bertahan untuk menopang situasi wabah tersebut, meski harus mengambil jalan Lockdown.
Begitulah islam, ketika penduduk negerinya bertaqwa dengan menerapkan islam dalam sekup negara maka akan mendatangkan kesejahteraan dan mampu menjadi solusi yang tepat atas setiap masalah, seperti firman Allah, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S Al-A’raf : 96). (*)