Halokaltim, Sangatta – Angka kematian ibu melahirkan di kabupaten Kutai Timur berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur (Dinkes Kutim) cukup memprihatinkan.
Hal ini mengundang atensi dari berbagai pihak, salah satunya Novel Tyty Paembonan. Sebagai pelaku kesehatan, dirinya mengaku cukup miris dengan peningkatan angka kematian tersebut.
“Coba lihat data di Dinas Kesehatan, itu angka kelahiran dan kematian ibu hamil di Kutim ini cukup tinggi kalau itu tidak ditindaklanjuti bisa kacau,” kata Novel, di kantor DPRD Senin siang, 11 November 2024.
Menurutnya, sebagian besar pemicu masalah tersebut adalah jarak antara puskesmas dengan rumah ibu hamil yang cukup jauh sehingga memakan waktu yang cukup lama tatkala ibu hamil tersebut membutuhkan penanganan lebih cepat.
“Itu miris sekali, makanya harus ditunjang mobilitas dari bidan atau perawat untuk datang ke ibu hamil, bu nanti ke puskesmas cepet yah, datang mengingatkan mereka nanti mereka gak pernah di ingatkan tiba tiba mau melahirkan sudah itu gimana,” ungkap Novel.
“Apalagi kalau melahirkan dirumah dibantu dukun beranak yang belum mahir itu bisa tambah masalah kan,” lanjutnya.
Novel pun menimpali bahwa dari pihak pemerintah sebenarnya sudah melakukan pelatihan khusus kepada paraji dengan tujuan untuk memberikan pemahaman mengenai prosedur dan menjaga kebersihan saat membantu persalinan namun jika tidak di dukung dengan fasilitas lainnya, dinilai belum cukup efektif.
“Itu kasus kemarin di sungai Tabuan sampai saya di telepon kalau ari-ari nya nda keluar kan,” kata Novel.
“Jadi dilakukannya pelatihan itu bisa memberikan pemahaman tentang secara medisnya, kesterilannya, bersihnya yah untuk menolong ibu melahirkan,” tutupnya.