Opini  

Membanding Output Kurikulum Sekuler (Merdeka)

Rahmi Surainah, M.Pd

Opini Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd (Alumni Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin)

KURIKULUM Merdeka terus digencarkan dalam dunia pendidikan. Tidak ketinggalan di Kalimantan Timur yakni Balikpapan. SMA 1 Balikpapan menggelar project penguatan karakter, yang dirancang di Kurikulum Merdeka. Tema yang diangkat diantaranya membahas pola pikir generasi Z untuk menghormati orang tua.

“Ini merupakan salah satu karya anak-anak setelah mengikuti pelajaran dengan tujuan menumbuhkan karakter anak yang diikuti siswa kelas X sampai kelas XII,” kata Hayati MPd, wakil kepala SMA 1 Balikpapan, Selasa (4/10). (kaltim.prokal.co, 6/10/2022)

Output Pendidikan Sekuler

Demikianlah output pendidikan dalam skup kecil di Balikpapan. Tentu hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. Namun, mampukah kurikulum merdeka mewujudkan peserta didik berkarakter, seperti menghormati orang tua?

Faktanya sering kita temui peserta didik saat ini jauh dari Islam. Sekulerisme (yakni memisahkan agama dari kehidupan) merupakan asas pendidikan sehingga tujuan pendidikan sekedar meraih materi tanpa peduli kepribadian.

Buktinya, negara pun memberikan perhargaan terhadap profil mereka yang viral dan mampu menghasilkan material.

Di antaranya kita lihat sosok Farel Prayogyo yang dinobatkan menjadi Duta Kekayaan Intelektual Pelajar Bidang Seni dan Budaya Tahun 2022 oleh Menkumham. Selain itu, Atta Halilintar dinobatkan sebagai duta Bela Negara.

Akhirnya kita pun jadi membanding-bandingkan karakter profil sekuler saat ini dengan Islam. Bagaimana peran negara sehingga mampu mencetak profil generasi Sholeh Khoiru Ummah?

Output Pendidikan Islam

Generasi saat ini adalah tokoh pada masa yang akan datang. Islam mencurahkan perhatian yang besar kepada mereka. Pada masa kegemilangan Islam (Khilafah) banyak lahir generasi hebat.

Generasi muslim memiliki visi menjadi pejuang Islam untuk izzul Islam wal muslimin. Mereka senantiasa membela Islam, menjaga dirinya, dan berjuang agar hukum Islam diterapkan secara kafah.

Profil generasi muslim berkepribadian Islam senantiasa memperhatikan umat agar terbebas dari ide-ide sesat yang bersumber dari kapitalisme dan sekularisme.

Negara (Khilafah), masyarakat, dan keluarga berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Tidak heran jika kita mengagumi peradaban Islam yang diisi oleh pemuda seperti Alfiyah bin Malik (ulama nahu), Iyash bin Mu’awiyah (ulama tabiin), atau Muhammad bin Idris asy-Syafii yang bisa memberikan fatwa saat usianya belum genap 15 tahun.

Demikianlah profil generasi muslim yang dibentuk oleh Islam telah terbukti berhasil terdepan dalam mengisi peradaban. Aqidah Islam menjadi asas atau pondasi utama dalam pendidikan.

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian anak. Di mana pola pikir dan sikapnya dalam setiap mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapinya adalah dengan distandartkan kepada Islam.

Semua mata pelajaran yang diberikan di setiap jenjang sekolah harus selaras dengan tujuan ini. Kurikulum pendidikan Islam bersifat tetap. Tidak berubah dan terukur. Standar keberhasilannya jelas. Metode pembelajaran yang digunakan tetap. Peserta didik hendak dibentuk dan diarahkan seperti apa juga jelas.

Dengan menanamkan aqidah yang kuat pada anak, menjadikan standart hidupnya adalah halal haram. Selain itu, kurikulum pendidikan Islam peserta didik belajar tidak hanya untuk kepentingan dirinya. Bukan sekedar untuk mencari nafkah saja. Tetapi mereka belajar untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Mereka akan menjadi generasi yang berguna, pengisi peradaban mulia, dan siap menjadi pemimpin pada masanya. Wallahu a’lam. (*)