Oleh: Siti Arabbia
DINAS Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan berencana menambah kendaraan angkutan sampah menjelang Lebaran Idul Fitri. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan volume sampah rumah tangga menjelang dan sesudah perayaan hari Lebaran. Diperkirakan volume sampah di Kota Balikpapan bisa meningkat hingga hampir dua kali lipat dari biasanya, mencapai 600 ton per hari. (https://balikpapan.prokal.co/)
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi memprediksi peningkatan volume sampah hingga 60 ton di hari lebaran. “Tonase di hari biasa sekitar 1.200 ton, kita prediksi peningkatan ke 1.250-1.260 ton per hari di hari lebaran,” ujar Dudy. (https://www.republika.co.id/)
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto memprediksi puncak tonase penanganan sampah akan terjadi pada 7-10 hari menjelang Lebaran. Setelah itu, barulah kembali ke rata-rata timbulan normal. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup, rata-rata per hari berat sampah yang dikirim ke TPST Bantargebang pada kondisi normal berkisar 7.000-8.000 ton per hari
(https://news.detik.com/)
Negara Yang Memuncaki Dafar Produksi Limbah Padat Perkotaan
Dengan populasi sebasar 1,4 miliar orang, China menghasilkan limbah padatan di atas 15%. Amerika Serikat dengan populasi sekitar 4% dari populasi dunia namun ia penyumbang 12% limbah padat perkotaan secara global. Ia juga menyandang predikat penghasil sampah makanan terbesar di dunia. (https://www.recyclingbins.co.uk/). Sedangkan Indonesia menyumbang hampir 4% produksi limbah padat secara global, dan tentu ini angka yang cukup besar yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Masalah sampah adalah salah satu hal problematik dalam sistem kapitalisme. Dalam konsep kapitalisme kebahagian adalah jika semua keinginan terpenuhi. Kapitalisme mengubah keinginan menjadi kebutuhan.
Pada era digital, keinginan belanja dan pesan makanan sangat difasilitasi dan dimudahkan. Teknis jual beli online cukup menghilangkan kesulitan dalam aktivitas jual beli. Transaksi pun dalam genggaman jari melalui ponsel. Tidak sedikit orang membeli barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan. Bagi mereka, belanja lebih semata memenuhi keinginan yang berujung gaya hidup konsumtif. Dan ini berarti semakin banyak barang diproduksi maka semakin banyak sampah yang dihasilkan. Inilah letak akar masalah sampah saat ini.
Beragam cara mengatasi problem sampah masih berputar di langkah antisipasi dampak seperti program 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) dan mengolah limbah menjadi sumber energi alternatif tanpa menyentuh akar masalah. Tanpa menyelesaikan akar masalah maka permasalahan sampah di dunia tidak akan pernah berakhir.
Dalam konsep Islam kebahagian adalah menggapai ridho Allah SWT. Islam mendorong produktifitas dan tidak melarang konsumsi namun Islam mendorong manusia memiliki gaya hidup bersahaja, mengkonsumsi sesuai kebutuhan dan melarang menumpuk barang tanpa pemanfaatan. Islam memerintahkan agar tidak berlebihan dan kikir dalam membelanjakan harta. Allah SWT berfirman dalam Surah Al Furqon ayat 67 yaitu, yang artinya:
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.”
Menurut Imam Ibnu Katsir, maksud dari “israf” (berlebihan) adalah membelanjakan harta dengan cara menghambur-hamburkan dan melebihi kadar yang dibutuhkan. Adapun “taqtir” adalah memangkas pembelanjaan harta sehingga kebutuhan sendiri saja tidak tercukupi. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Adzim, 5/608).
Tentu ini perlu peran negara berasaskan Islam dalam penerapannya yang mampu menghilangkan gaya hidup konsumtif masyarakat serta didukung pula oleh sarana dan prasana pengelolaan limbah yang tepat dan ramah lingkungan. Wallahualam bissawab. (*)
*Artikel opini di Halokaltim.id sepenuhnya tanggung jawab penulis tertera