Opini Oleh : Andi Putri Marissa (Praktisi Pendidikan dan Aktivis Muslimah)
HAMPIR dua tahun pandemi berlangsung, banyak dampak yang ditimpa. Salah satunya dunia pendidikan, kondisi memaksakan perubahan dalam sistem pendidikan ini. Daring, menjadi pilihan yang diambil. Menjaga keselamatan peserta didik, penerus generasi bangsa. Tak hayal, sudah banyak siswa yang akhirnya lulus dengan sedikit guyonana “Lulusan Corona”. Kerap kali ditanya, apakah siswa menyukai sekolah online? tentu jawab mereka tidak. Rasa bosan, dan susahnya memahami arah pembelajaran. Banyak dari mereka memilih agar disegerakan sekolah tatap muka.
Namun kondisi tidak memungkinkan pelaksanaan tatap muka, wacana ini hanya berakhir sekedar wacana belaka. Mengapa tidak? kasus covid enggan untuk turun, justru yang ada varian baru terus bermunculan. Melepas siswa rasanya tak tega, jika harus berseteru untuk menuntut ilmu dengan derasnya ancaman virus. Belum lama, PTM (Pembelajaran Tatap Muka) kembali disounding. Hal ini diyakini akan terealisasi sebab program vaksin untuk guru sudah berlangsung hampir menyentuh semuanya.
Balikpapan misalnya, dilansir dari Kalimantan.bisnis.com (20/08/2021), Pemerintah Kota Balikpapan merencanakan pembelajaran tatap muka (PTM) berlangsung setelah tanggal 23 Agustus 2021. Walikota Balikpapan, Rahmad Mas’ud beranggapan jika kondisi konfirmasi status positif covid menurun malandai maka akan berpotensi untuk melaksanakan PTM. Ditambah lagi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan Muhaimin, sekitar 100% guru di Balikpapan yang sudah melakukan vaksin, ditambah target pelajar mendapatkan vaksinasi sebanyak 2.000 orang.
Bukan hanya di Balikpapan saja, Samarinda juga demikian. Menurut Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda akan menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada tanggal 7 September 2021 mendatang. Sama dengan sebelumnya, yang menjadi pertimbangan adalah sudah terlaksananya vaksinasi dikalangan guru dan pelajar. Namun apakah akan terealisasi? Benarkah cukup dengan vaksinasi pada guru dan siswa? Lantas mengapa PTM terkesan maju mundur?
Kasus Covid-19 Tak Kunjung Usai, Ini Selesaikan Dulu
Berbicara pendidikan tak jauh berbeda jika ingin membandingkan dengan permasalahan ekonomi. Pemerintah berkeinginan mengejar keselamatan ekonomi, namun disatu sisi ada hal kesehatan yang terabaikan. Dilema. Hingga tak sedikit yang berkata “Pulihkan dulu masalah pandemi, ekonomi bisa dikejar”. Perkataan tersebut bukan karena maksud menyepelekan masalah ekonomi, namun benar adanya masalah apapun sekarang tidak akan diselamatnya apabila pandemi masih terus berlangsung. Begitupula masalah pendidikan, salah satunya PTM. Daring masih menjadi opsi terbaik dikala kondisi pandemi yang tidak menentu.
Serius mengakhiri pandemi, kebijakanpun menampakkan hal tersebut. Sangat disayangkan yang nampak adalah kebijakan yang tidak memberikan lampu hijau agar virus dapat diputus penyebarannya. Belum lagi minimnya komunikasi penguasa kepada rakyat, menjadikan banyaknya kesalahpahaman ditenggah masyarakat serta viralnya hoaks yang beredar. Walhasil, rakyat makin abai, penguasa makin kelabakan. Keseriusan ini harusnya jelas ditampakkan, tetapi lagi-lagi rakyat dibuat kecewa dengan adanya ketimpangan perlakuan atas pejabat negara dengan rakyat. Rakyat dapat fasilitas minim, pejabat negara dapat fasilitas mewah.
Islam Punya Solusi
Sistem pendidikan juga terlihat sulit dalam menyesuaikan pada kondisi pandemi, baik dari minimnya prangkat, jaringan yang tak mempuni, ditambahkan kurikulum yang belum siap.
Memaksakan PTM juga bukan solusi pas, melihat uji coba yang dilakukan meski sesuai prokespun berujung penambahan kasus covid.
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna, hadir menjadi solusi atas setiap permasalahan manusia. Belajar tatap muka apabila dilakukan dibawah sistem pendidikan Islam, dengan kurikulum berbasis akidah (Islam) akan menjamin tersampaikannya materi pembelajaran sesuai target pendidikan sahih. Didalamnya pembentukan kepribadian islami menjadi bagian setiap materi pelajaran. Guru akan mudah dalam mengimplementasikan kurikulum di tengah keterbatasan akibat pandemi. Guru dan siswa tak dikejar capaian materi (akademik) sebagaimana sistem pendidikan saat ini. Dengan metode apa pun, baik tatap muka maupun daring, implementasi kurikulum akan tetap bisa dilakukan.
Terlebih lagi, ketika menerapkan syariat Islam pastilah terkondisi terjaganya lingkungan sosial, masyarakat dan keluarga. Semua itu mendukung keberhasilan pendidikan di masa pandemi. Negara juga memastikan anggaran mencukupi bagi kebutuhan pendidikan, baik jika harus dilakukan dengan daring maupun tatap muka. Tanpa drama ketimpangan kebijakan antara rakyat dengan pejabat negara, sebab paham arti tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin/pelayan rakyat. Amanah yang diberikan Allah dengan siap atas segala pertanggung jawaban diakhirat nanti. Jangankan korupsi, menerima hadiah saja takut, apalagi melihat ada rakyatnya yang tidak sejahtera.
Maka dengannya, pendidikan akan lebih baik hanya jika menerapkan aturan Allah dengan menyeluruh. Apa pun metodenya, bagaimana kondisinya, pendidikan akan terus produktif menghasilkan sumber daya manusia unggul untuk mewujudkan peradaban mulia, dengan orientasi akhirat. (*)