Opini  

Agar Kita Benar-benar Merdeka

Opini Oleh : Annisa Fatimah ( Aktivis Mahasiswa)

MASIH dalam suasana peringatan kemerdekaan Indonesia ke-76. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, beberapa waktu lalu mengarahkan agar acara perlombaan dalam rangka merayakan HUT RI ditiadakan dan diganti dengan perlombaan virtual, agar tidak memicu kasus penularan covid-19. Sebagaimana yang terlansir di liputan6.com dengan tajuk ‘Potensi Timbulkan Kerumunan, Mendagri Minta Warga Tak Gelar Lomba HUT ke-76 RI’.

Sebenarnya hal ini menunjukkan kepada kita bahwa negara kita masih belum usai urusannya dengan permasalahan wabah. Berdasarkan pada nasional.kompas.com dengan judul ‘UPDATE: Tambah 16.744, Kasus Covid-19 di Indonesia Kini 3.967.048’. Ternyata hingga 21 Agustus 2021 lalu, kasus Covid-19 masih terus meningkat sampai masuk ke angka 3 juta lebih. Sehingga kita bisa melihat ternyata sampai saat ini wabah tetap mejadi PR besar bagi negeri kita.

Negeri kita tidak mampu berdaulat dalam mengatasi wabah. Karena hanya bisa mengikuti solusi-solusi pragmatis yang ditawarkan oleh sistem sekuler kapitalisme dan secara otomatis lebih mengedepankan kepentingan materi para kapitalis bukan kepentingan rakyatnya. Sehingga, rakyat terus menjadi korban ketidakadilan yang telah tersistematis sedemikian rupa. Sebagai contoh ketika kebijakan PPKM Darurat diberlakukan, pada saat itu juga TKA memasuki Indonesia sebagaimana yang dijelaskan pada yoursay.suara.com dengan tajuk ‘Covid-19 Makin Ganas, Kebijakan Pemerintah Kian Panas’.

Realitas tersebut adalah salah satu dari sekian bukti bahwa negeri kita belum merdeka seutuhnya. Negeri kita masih tunduk dengan sistem sekuler kapitalisme yang bahkan keliru dalam menjawab tiga pertanyaan besar manusia. Ketiga pertanyaan besar itu adalah dari manakah kita berasal? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Dan, akan ke manakah kita setelah meninggal dunia?

Ternyata tanpa dijawab sekalipun, tanpa kita sadari keadaan masyarakat telah tersuasanakan sekuler (tidak memikirkan agama untuk mengatur seluruh aspek kehidupan) dan kapitalisme (hal yang paling diutamakan adalah materi). Sehingga, baik dari tingkat masyarakat hingga pemerintah, tolak ukurnya bukan berdasarkan dengan keimanan, akan tetapi berdasarkan dengan keuntungan. Sistem ini sangat rapuh bahkan jika kita mendalami sejarah sistem ini, adalah hasil buatan manusia yang tabiatnya lemah dan terbatas.

Maka tidaklah aneh jika kita menjumpai berbagai peraturan pemerintah ataupun tingkah laku masyarakat yang tidak sinkron dengan statusnya sebagai hamba Allah subhanahu wata’ala. Pertanyaanya apakah kita akan tetap bertahan dengan sistem yang lemah ini? Jika kita masih bertahan. Maka, sesungguhnya kita tidak akan menjumpai kemerdekaan yang sebenar-benarnya.

Merdeka dalam pandangan Islam adalah terlepas dari cengkraman segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri kita dari rahmat dan ridho-Nya. Tunduk dan patuh dengan syari’at Allah subhanahu wata’ala, itulah yang semestinya kita lakukan sebagai hamba Allah dimuka bumi-Nya ini. Tentunya tunduk dan patuh itu harus sempurna dan tidak pilih-pilih sesuai dengan keinginan dan keuntungan semata. Tolak ukurnya adalah keridhoan-Nya. Bukan dengan tolak ukur yang lain.

Akal yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala seharusnya dapat kita gunakan untuk berpikir dan menemukan jawaban. Bahwa hanya syari’at-Nya sajalah yang berhak kita ikuti. Pasalnya, yang sangat mengerti dengan tubuh kita, dengan manusia lain, dengan lingkungan sekitar kita, dengan keadaan hewan serta tumbuhan, bahkan dengan seisi dunia dan alam semesta ini hanyalah Allah subhanahu wata’ala.

Termasuk juga dalam seluruh aspek tatanan kehidupan baik dari segi aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, bahkan perpolitikan. Sesungguhnya telah lengkap dan sempurna syari’at-Nya sebagaimana di dalam QS Al Maidah ayat 3. Sehingga sangat sinkron jika kita mengambil syari’at Islam sebagai sistem kehidupan manusia.

Oleh karena itu, marilah kita melepaskan cengkaraman sistem sekuler-kapitalisme. Berdiri, bergabung dan turut ikut serta bersama di antara mereka yang telah sadar bahwa hanya dengan syari’at Islam sajalah kita dapat merdeka baik di dunia dan di akhirat.

Wallahu’alam. (*)