Opini Oleh : Andi Putri Marissa
(Praktisi Pendidikan dan Aktivis Muslimah)
SEDIH rasanya melihat bumi ini kesakitan. Hendak berteriak tak tahan mengampu semua masalah yang ada. Tanah-tanah dipenuhi dengan mereka yang tidak berhasil berjuang menghadapi si kecil covid-19. Setiap cara dilakukan, bahkan pemerintah kerap kali melakukan pembatasan wilayah, namun ternyata apa yang diharapkan terkadang terkhianati oleh fakta. PPKM darurat berubah menjadi PPKM Level 4, kasus positif nampaknya tak mau beranjak turun.
Balikpapan kembali berduka, dikutip dari regional.kompas.com, (14/07/2021), kehilangan pejuang covid sebanyak 20 pasien yang meninggal saat melalukan isolasi mandiri selama dua pekan terakhir. Nyatanya tak hanya di Balikpapan saja, fenomena kematian pasien covid-19 yang menjalani isolasi mandiri meningkat jumlahnya. Dikabarkan diawal tidak hanya di Jakarta dan pulau Jawa saja, namun juga terjadi diluar dua wilayah tersebut.
“Belakangan kami menerima laporan yang sama di luar Jawa. Ada di NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, dan beberapa wilayah lain,” kata co-inisiator Lapor Covid-19, Ahmad Arif, kepada Kompas.com, Kamis (22/7/2021).
Bahkan diindikasi terjadinya peningkatan jumlah kematian saat isoman akibat kebutuhan oksigen yang tinggi, sedangkan oksigen terbatas. Hal ini sejalan dengan kejadian di Balikpapan, rata-rata akibat sesak nafas, ditambah kondisi ruang perawatan di rumah sakit penuh sesak.
Sangat mudahnya sekarang nyawa melayang begitu saja, sakit sedikit tidak bisa diremehkan. Semua bersedih dengan kondisi yang terjadi saat ini, ditambah lagi bagaimana kebijakan seolah mendorong untuk vaksin, disatu sisi jumlah vaksin sangat minim. Bahkan tak khayal kita dapati demi memperoleh sebuah vaksin, prokespun terabaikan. Rela desak-desakan padahal si virus senantiasa menghantui setiap saat.
Lantas kapankah ini semua berakhir. Hati nurani banyak terkikis. Rakyat diperlakukan keras padahal bukan pejahat, sering kali menyaksikan sikap arogansi aparat. Keras pada rakyat kecil yang sedang mengais rejeki, tapi tak bisa dipungkiri perseteruan rakyat dengan aparat juga terjadi, aparat tak sedikit juga dilepas jabatannya. Sebenarnya semua sama-sama korban. Korban atas kegagalan dalam mengatasi pandemi.
Pandemi mengajarkan kita untuk saling introspeksi. Melihat bahwa setiap masalah yang hadir pasti memiliki maksud. Kita sama-sama paham, covid-19 sejatinya hanya makhluk yang sama-sama diciptakan Allah layaknya manusia. Sehingga hadirnya bukan untuk disalahkan, namun untuk berkaca, apa yang sudah kita lakukan sehingga mikro organisme ini mampu meluluhlantakkan bumi?
Allah sedari mengingatkan kepada kita sejak dulu, bahwa setiap kerusakan akibat ulah manusia itu sendiri, seperti dalam firmanNya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum ayat 41).
Tidak ada satupun yang luput dari Allah atas setiap permasalahan di bumi ini, termasuk pandemi covid-19. Selain memiliki sifat Al-Khaliq, Allah juga memiliki sifat Al-Mudabbir (Maha Pengatur) yang tau bagaimana mengatur bumi agar senantiasa terjaga. Setiap aturan yang berasal dari Allah semata untuk menjaga ciptaanNya berjalan sesuai fitrah. Allah tegaskan tak ada satupun hukum yang lebih baik ketimbang hukumNya, “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50)
Jadi bagaimana islam mengatasi pandemi? itu sudah dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW, solusi yang diambil adalah lockdown. Rasul bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).
Ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh para sahabat ketika menjadi seorang pemimpin, dimana mengatasi permasalahan wabah. Dalam kitab Ash-Shahihain diceritakan, suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab ra mengunjungi negeri Syam. Dia kemudian bertemu dengan Ubaidah bin Al-Jarrah dan sahabat-sahabat yang lain. Dalam perbincangannya, mereka melaporkan kepada Umar bahwa di Negeri Syam sedang diserang wabah kolera. Hingga akhirnya Umar kembali ke Madinah, dan segera melakukan lockdown.
Pernah juga terjadi di masa era Kekhalifahan Abbasiyah, terjadi demam dan wabah, sehingga khalifah Al Muqtadi Billah mengeluarkan perintah kepada seluruh jajaran gubernur dan umat Islam pada umumnya setelah mengadakan ikhtiar pengobatan dan evakuasi.
Namun lockdown juga harus ditopang dengan sistem ekonomi dan politik yang kuat, sehingga mampu bertahan dan sehingga mampu mewujudkan kebutuhan dasar bagi rakyat baik selama kondisi lockdown sekalipun. Pemerintah bahkan kewalahan, sebagaimana yang kita saksikan pada saat ini hingga rakyat harus “gotong royong” untuk membantu pemerintah. Begitupula swasta juga turut andil dalam program “gotong royong” ini.
Ini jelas menandakan kondisi aturan dan sistem yang berjalan sekarang tak mampu selesaikan sendiri, itupun tak menutupi kondisi yang semakin parah ini.
Kita sama-sama harus berbenah, meningkatan kewaspadaan dan tetap menjaga prokes, disatu sisi kita juga butuh aturan yang mampu menyelesaikan permasalahan bukan menambah masalah baru, hal ini menyadarkan kita tabiat manusia ketika berkuasa acap kali terkesan suka melanggar apa yang ditetapkannya, mulai dari kasus bansos yang dikorupsi, ppkm rakyat dibatasi, wna justu bebas masuk, kebijakan timpang terkesan tumpul keatas dan tajam kebawah sering menghiasa perjalanan kesakitan negeri tercinta ini.
Mari renungi bersama pesan Allah dalam firmanNya, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S Al-A’raf ayat 96).
Semoga bumi lekas pulih, dan bisa kembali berjalan sesuai fitrahnya dengan kembali kepada fitrah kita sebagai makhluk Allah yang taat pada setiap peraturan-Nya. (*)