Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin.
Halokaltim|Opini – Samarinda, Ibu kota Kalimantan Timur (Kaltim) masuk lima besar daerah dengan pengelolaan limbah domestik terburuk di Kaltim. Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim, Anwar Sanusi.
Selain Samarinda, ada Kutai Kartanegara, Berau, Kutai Timur, dan Kutai Barat yang sama-sama belum memenuhi standar nasional dalam sistem pengelolaan sampah. Kelimanya masih menggunakan metode open dumping atau pembuangan sampah secara terbuka, cara kuno yang sudah lama dilarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Meski masuk daftar hitam, Samarinda disebut telah melakukan pembenahan. Lokasi open dumping lama telah ditutup dan digantikan dengan sistem sanitary landfill di kawasan Sambutan. Namun, progres itu masih dinilai belum memadai.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda menegaskan bahwa hingga saat ini pihaknya tengah mengupayakan memperkuat sistem pengelolaan sampah. Melalui kerja cepat dan koordinasi lintas sektor, berbagai upaya telah dan sedang dilaksanakan, bukan semata untuk menghindari sanksi, tetapi sebagai wujud tanggung jawab terhadap masyarakat.
Masyarakat Konsumtif
Persoalan sampah sebenarnya problem mendunia. Artinya tidak hanya di Samarinda tetapi juga secara umum Indonesia. Sampah melimpah bahkan Indonesia impor sampah dari luar. Tentu bukan rahasia umum, padahal Indonesia mayoritas muslim seharusnya bersih karena bagian dari keimanan.
Sayangnya keimanan sepertinya tidak berkorelasi dengan kebersihan. Budaya masyarakat hedon dan konsumerisme membuat pola makan, pakaian, dan peralatan rumah melebihi kebutuhan. Media sosial dengan konten wisata kuliner dan mukbang jadi tontonan, tuntunan dan tuntutan.
Keimanan hanya saat ibadah tetapi dalam keseharian ditinggalkan. Inilah cara pandang kapitalisme sekuler, hidup boros, sulit memilah mana kebutuhan dan mana keinginan sehingga apapun dipenuhi. Maka wajarlah volume sampah terus meningkat dan konsumerisme kian menggejala jelas berdampak langsung pada lingkungan.
Persoalan sampah seharusnya bisa diatasi secara pribadi tidak mesti berprestasi masuk daftar hitam dalam sebuah wilayah kota. Artinya individu bertakwa, kontrol masyarakat dan aturan negara seharusnya akan bersinergi menjaga kebersihan. Jika tidak, wajar persoalan sampah ini sistemik, tidak hanya salah individu tapi juga masyarakat bahkan negara.
Dapat dikatakan pengelolaan sampah yang buruk menunjukkan penguasa yang abai akan amanahnya. Penguasa dan sistem yang jauh dari Islam membuat sampah tak teratasi, perlu kesadaran, pemahaman dan keimanan dari berbagai pihak baik individu, masyarakat dan negara.
Islam Menjaga Kebersihan
Menjaga kebersihan merupakan bagian dari ajaran agama Islam dan mencerminkan keimanan seseorang. Diambil dari sebuah kitab susunan Imam Al-Ghazali, yaitu Kitab Ihya’ Ulumuddin. Rasulullah Saw bersabda:
“At-Thuhuuru syatrul iman” yang artinya “Kebersihan adalah sebagian dari iman”. (HR Muslim).
Kebersihan menjadi tolak ukur dari kehidupan umat muslim. Hal ini dibuktikan dalam kitab-kitab fikih klasik diawali dengan pembahasan thaharah (bersuci). Kebersihan dalam Islam menjadi salah satu ajaran yang memiliki konsekuensi dari keimanan kepada Allah Swt. Seorang muslim membersihkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti misalnya berwudhu.
Dalam hal bernegara, tata kelola kebersihan yang baik mencerminkan peradaban yang tinggi. Islam dengan support sistemnya, yakni sistem ekonomi Islam maka negara akan mengelola seluruh kekayaan yang dimilikinya sehingga mampu membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kemaslahatan umum termasuk menyediakan TPA yang canggih.
Selain itu, sistem pendidikan Islam akan mengedukasi masyarakat agar tidak Tabdzir yakni menyia-nyiakan barang/ harta yang masih bisa dimanfaatkan menurut ketentuan syar’i ataupun kebiasaan umum di masyarakat. Tidak Israf yakni tindakan yang berlebih-lebihan, yaitu penggunaan barang/harta melebihi kebutuhannya.
Dalam hal pengelolaan kekayaan umum (milkiyyah ‘ammah) dan kekayaan negara (milkiyyah daulah) yang benar berdasarkan Islam, menjadikan sebuah negara mampu berjaya tanpa harus mengandalkan investasi asing dalam pengelolaan sampah. Negara akan mandiri mengelola sampah, teknologi dan media informasi akan mengedukasi warganya.
Demikianlah Islam secara support sistem mengelola sampah. Masyarakat dengan peradaban Islam akan menjaga kebersihan. Sampah akan mudah dikelola tanpa terkendala. Wallahu’alam.