Halokaltim, Sangatta – Upaya untuk mendorong pengembangan Kutai Timur dari sektor pertanian menjadi langkah baru yang kini di lirik banyak pihak. Bahkan Istilah Petani millenial sempat di gaungkan Menteri Pertanian Indonesia saat ini untuk memberikan peluang generasi muda unjuk kreatifitas lewat bertani. Menanggapi itu, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Hasbollah mengaku memiliki pandangan yang sama dengan sang menteri.
“Lahan kita kan ini menyusut setiap tahun karena kita ini kekurangan petani apalagi generasi kitakan rata rata ke ranah industri kemudian alih fungsi lahan atau comodity jadi banyak sawah ditanami pisang dan sebagainya,” Kata Hasbollah di kantor DPRD Kutim, Kamis siang, 21 November 2024.
Hasbollah mengaku prihatin dengan penurunan minat pertanian tersebut padahal sektor itu cukup menjanjikan jika di geluti dengan sungguh-sungguh.
“Kenapa karena hampir sektor pertanian kita terlihat tidak menjanjikan kesejahteraan padahal kalau mau di hitung padi atau sawah itu lebih banyak hasilnya,” terang Hasbollah.
Politisi partai Golkar itu juga mengatakan bahwa perlu adanya strategi khusus untuk mengembangkan minat sektor pertanian untuk generasi sekarang.
“Contoh setiap harga beras naik pemerintah kan selalu mengkondisikan operasi fase supaya harga beras tidak naik nah ini kapan sejahteranya petani kalau seperti ini caranya,” ungkap Hasbollah.
“Konsepnya harus dirubah petani harus dibeli berasnya mahal nah pemerintah harus mensubsidi jangan cuma bbm yang di subsidi di nikmati oleh orang kaya ke atas tapi malah beras yang tidak di subsidi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hasbollah sangat mendorong sektor pertanian di kutim ini bisa menjadi industri pertanian.
“Lihatlah jepang, thailand mereka semua industri pertanian bisa kok kita kalau berpikir kesitu, kalau masih makai cangkul gak ada yang mau generasi kita jadi ini harus di perbaharui pola pikir dan strateginya,” ujarnya.
Selain itu, Hasbollah juga menambahkan bahwa dirinya juga datang dari kalangan petani
“Saya tau karena saya ini juga petani harga beras kan selalu di tekan sementara produksinya terus meningkat harga pokok selalu tinggi jadi kapan sejahteranya mana prosesnya panjang bangetkan kan petani itu kasian jadi harus di ubah mindset metodenya,” tutupnya.