Halokaltim – Menanggapi data dari World Health Organization (WHO) terkait banyaknya jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia, Ketua District Public Private Mix (DPPM) Kutai Timur (Kutim) Siti Robiah paparkan strategi pengembangan jejaring guna memperkuat sistem penanganan TBC di Kutim.
Diketahui saat ini Indonesia berada pada peringkat ke-2 tertinggi setelah India dalam tingkat penanganan penyakit TBC, yang jumlahnya mencapai 969 ribu kasus, dengan jumlah kematian 93 ribu jiwa per tahun atau setara 11 kematian tiap jam-nya.
“Salah satu strategi penanggulangan TBC adalah dengan memperkuat pengembangan jejaring, baik dalam fasilitas kesehatan atau yang disebut dengan jejaring internal dan jejaring antar fasilitas yaitu jejaring eksternal,” terang Siti Robiah, Kamis (16/11/2023)
Lebih lanjut dirinya mengaku, DPPM sebuah ini telah melakukan beberapa upaya dalam hal penanggulangan TBC “Selama ini kami dari DPPM sudah melakukan beberapa hal terkait dengan pembentukan jejaring,” ungkapnya.
Namun ia tidak menarik adanya sejumlah kendala dalam upaya penanggulangannya tersebut, ia juga mengaku masih banyak kendala terhadap pelaporan dari rumah sakit lainnya.
“Terutama di klinik-klinik swasta dan juga klinik perusahaan yang masih terkendala, karena setiap diadakan sosialisasi antara pengelola programnya dengan manajemen masih belum sinkron,” paparnya.
“Di dalam pengeliminasi TBC tidak hanya melalui pengobatan saja tetapi terhadap juga pelaporan,” jelasnya lebih lanjut.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr. Bahrani menyimpulkan, DPPM merupakan pendekatan komprehensif untuk melibatkan secara sistematis semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), baik pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan TBC di kabupaten dan kota.
“Intinya DPPM ini fungsinya untuk membentuk jejaring layanan terhadap semua fasilitas kesehatan, agar bisa ikut bertanggung jawab terhadap eliminasiTBC,” tegasnya.