Halokaltim – Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) bahwa, minat baca masyarakat Indonesia ada di angka 0,001 persen.
Ini artinya, dari 1.000 masyarakat Indonesia, hanya satu orang tercatat sebagai pembaca aktif. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi anjloknya minat baca warga, salah satunya ialah aksesibilitas ke bahan bacaan atau perpustakaan.
Menanggapi itu, anggota DPRD Kutim, Yan mengatakan, anjloknya minat baca warga juga dipengaruhi oleh tingginya adiksi terhadap gawai. Gawai tersebut, sayangya, kata Yan, digunakan hanya untuk bermain gim dan mengakses media sosial secara berlebihan. Publik menghabiskan waktu terlalu lama di gawai tanpa menerima informasi penting atau membaca hal-hal yang menambah ilmu dan pengetahuan baru.
‘’Suka atau tidak, harus diakui bahwa warga sudah ketergantungan di ponsel sehingga perpustakaan jadi sepi pengunjung,’’ sebut Yan ketika ditemui di kantornya, Bukit Pelangi, belum lama ini.
Politikus Gerindra ini menilai, generasi muda lebih gandrung memegang gawai ketimbang buku fisik apalagi menyambangi perpustakaan. Ia sangat prihatin dengan kondisi ini, sebab banyak riset yang menyebutkan, seseorang yang jarang membaca buku dan terlalu lama bermain gawai bisa menjadi sulit fokus dan menurunkan kemampuan memahami informasi secara utuh dan menyeluruh.
“Minat baca anak muda kita harus ditumbuhkan kembali. Mereka ini generasi penerus bangsa,’’ tegasnya.
Di samping itu, ia menyoroti kurangnya promosi terhadap perpustakaan yang terletak di Jalan Soekarno Hatta, serta posisi yang terlalu jauh yang dapat mengurangi minat masyarakat untuk mengunjungi fasilitas tersebut.
Ketua Komisi D DPRD Kutim, mengingatkan perlunya evaluasi terhadap perpustakaan di Jalan Soekarno-Hatta itu. Dia mengusulkan promosi yang lebih baik dan penyesuaian lokasi agar lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Dengan adanya program literasi digital yang saat ini gencar dilakukan oleh pemerintah pusat, ia berharap pemerintah daerah dapat mengambil manfaat dari program tersebut sebagai alternatif untuk meningkatkan minat baca di tengah masyarakat.
‘’Saya harap pemerintah bisa mempromosikan lagi perpustakaan kita. Mungkin dibuat nyaman, supaya orang yang datang ke sana ikut senang,’’ tandasnya.