Terkejut Namanya Terseret Laporan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual, Pimpinan Ponpes di Bontang Bantah Tuduhan Pelapor

Foto ilustrasi

Halokaltim – Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) di Bontang Selatan yang dilaporkan ke polisi atas dugaan kasus asusila terhadap santrinya angkat bicara. Terduga pelaku membantah tudingan pelecehan seksual yang dilaporkan atas dirinya.

Ia mengaku tidak menyangka ada pelaporan atas dirinya tersebut. Mengetahui hal itu, dirinya menjelaskan runut peristiwa dan permasalahan yang dialami santriwatinya tersebut.

Menurutnya santriwati yang melaporkan dirinya ke polisi atas dugaan tindak asusila, tengah menuai masalah. Mulanya pada akhir November lalu kemarin sempat memediasi antara keluarga satriwatinya yang tengah hamil dengan keluarga pacar. Bahkan dirinya membawa langsung ke RS.

Memposisikan diri sebagai bapak angkat, ia mengaku mencari jalan keluar agar persoalan ini bisa selesai. Ternyata, ia dikejutkan dengan pelaporan yang menyeret namanya pada Kamis (30/11/2023).

Dia membantah semua tuduhan yang dialamatkan ke dirinya. “Jadi sebelum ada laporan. Saya jadi mediator lah karena sebagai bapak angkat di pesantren. Kedua belah pihak kami datangkan dan sepakat untuk bertanggung jawab. Apa yang dituduhkan itu tidak benar,” ucap pimpinan Pondok Pesantren kepada wartawan media Klik Kaltim di Bontang, Jumat (1/12/2023).

Dirinya juga membantah adanya bukti chat antara dia dan santriwati yang diketahui sudah kurang lebih 4 tahun bergabung di pondok pesantren. Menurutnya, bukti chat itu bisa saja hasil rekayasa teknologi.

“Semua saya bantah. Saya ini menganggap semua santri dan santriwati sebagai anak. Kalau setor hafalan pun di tempat terbuka bukan di kamar pribadi,” sambungnya.

Dirinya juga meminta kepada polisi untuk bisa diproses sesuai dengan ketentuan penyelidikan. Sampai saat ini terlapor merasa belum dimintai keterangan oleh pihak berwajib.

“Silahkan proses hukum berlanjut kita lihat saja. Saya aja belum dipanggil,” ucapnya.

Diketahui, saat ini total santri dan santriwati ada sekitar 70 orang. Mayoritas pun adalah anak-anak. Mereka memang ditempatkan dilingkungan yang sama. Baik itu laki-laki dan perempuan hanya dibatasi oleh gedung.