Gempa di Kalimantan, Mungkin Teguran Manusia Sudah Kelewatan

Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam Banjarmasin. (*/ist)

Halokaltim – Kalimantan dikenal dengan pulau yang tidak rentan bencana alam, terutama gempa. Namun, baru-baru ini faktanya gempa terjadi juga. Dengan terjadinya gempa, hendaknya membuat kita bermuhasabah bisa jadi ini teguran karena ulah manusia yang sudah kelewatan. Astaghfirullah…

Dikabarkan gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 4,6 mengguncang Mahakam Ulu, Kalimantan Timur (Kaltim). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa dipicu aktivitas sesar aktif. Tepatnya hari Selasa, 20 Juni 2023 pukul 12.43 WIB, wilayah Mahulu diguncang gempa bumi tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki parameter M 4,6.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menambahkan dampak gempa dirasakan dengan skala III MMI di Mahakam Ulu dan Samarinda. Artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Hingga saat ini tidak terdapat laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mahulu, Agus Darmawan, juga mengatakan bahwa belum ada laporan kerusakan material dan korban luka. Gempa susulan pun terjadi lagi, pada hari Selasa, 27 Juni 2023, pukul 3:44:5 WITA. Gempa bumi di kedalaman dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

Pulau Kalimantan sebenarnya cenderung aman dari gempa. Kalimantan juga tidak dilewati sabuk vulkanik aktif dan tidak ada gunung berapi aktif sebagai penyebab gempa vulkanik. Namun demikian, bukan berarti pulau terbesar ketiga di dunia ini aman dari guncangan. Sejumlah gempa di Kalimantan telah dicatat BMKG dalam beberapa tahun terakhir. Uniknya, seluruh gempa yang melanda Kalimantan justru berjenis tektonik, yang ditimbulkan dari pergerakan lempengan bumi. (Kaltimkece.co, 21/6/2023)

Dalam sebulan ini sudah dua kali Kaltim diguncang gempa. Artinya, Kaltim bukanlah menjadi provinsi yang paling aman dari gempa. Riza Arian Noor selaku Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda mengatakan, provinsi Kaltim menjadi provinsi yang masih relatif lebih aman dari bencana gempa bumi dibandingkan provinsi lain, seperti Pulau Jawa dan Sumatera. Namun begitu, kata dia, bukan berarti tidak ada gempa bumi di Kaltim. BMKG, kata dia, kini telah memasang Seismograf, alat pendeteksi gempa, sehingga potensi terjadinya gempa bumi sudah mulai terdeteksi. (Headlinekaltim.co, 22/6/2023)

Teguran Manusia Kelewatan

Terjadinya gempa hendaknya membuat kita untuk muhasabah kembali kepada Islam. Bisa jadi manusia sudah terlalu jauh meninggalkan aturan Allah, melupakan tanggung jawabnya sebagai manusia yang hanya untuk beribadah kepada-Nya. Aturan, sistem dan kebijakan melalui kapitalis sekuler membuat manusia melupakan aturan Allah. Lupa bahwa bumi adalah milik Allah yang mana Allah pun lengkap mempunyai aturan untuk mengelola bumi.

Dalam hal gempa hendaknya dipandang bukan hanya karena gejala faktor alam. Tetapi ada kekuasaan Allah yang berkehendak di luar nalar manusia. Buktinya Kalimantan yang dikenal tidak ada gempa nyatanya terjadi. Meski kekuatan gempa rendah dan tidak memakan korban, hendaknya jangan dipandang sepele.

Negara hendaknya menyiapkan mitigasi bencana dan edukasi kepada masyarakat. Pendeteksian dini akan bencana itu penting, apalagi dikhawatirkan gempa susulan. Negara terutama penguasa seharusnya menjadi vioner pertama dalam bermuhasabah dan mengajak muhasabah rakyatnya. Kembali kepada aturan Islam hendaknya dijadikan tujuan dalam mengatur kehidupan.

Saatnya Muhasabah

Muhasabah penting agar menjadi warning bagi manusia dalam menghadapi bencana bisa berbenah. Sebagaimana teladan kita dalam ajaran Islam. Bencana alam gempa bumi tercatat pernah terjadi di masa kenabian dan kekhalifahan.

Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah Saw lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.’’ Lalu, Nabi Saw menoleh ke arah para sahabat dan berkata, Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”

Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana. Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.’’ Demikianlah sikap kita sebagai orang beriman dalam menyikapi bencana berupa gempa. Semoga Allah mengampuni dan meridhoi kita. Wallahu’alam