Kerusakan Generasi Bukti Lemahnya Sistem Kehidupan Saat ini

Halokaltim – Waluyo (35), istri dan tiga anaknya yang masih di bawah umur tewas dibunuh oleh tetangganya sendiri yang tercatat sebagai siswa SMK, JND. Kasus pembunuhan tersebut terjadi di Desa Babulu, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, Selasa, (6/2/2024) dini hari.

Kapolres PPU, AKBP Supriyanto mengatakan bahwa, berdasarkan penyelidikan awal motif pembunuhan yakni karena sakit hati atau dendam. Ia mengatakan pelaku, JND menghabisi nyawa lima korbannya dengan parang tanpa gagang sepanjang 60 sentimeter. (kompas.com)

Berkaca dari kasus pelaku siswa SMK yang membunuh satu keluarga tadi, ternyata ia menyukai hal-hal berbau anime dan film anime bergenre dewasa yang mengandung unsur pornografi dan penyimpangan seksual. Budaya asing masuk begitu mudah dan mempengaruhi perilaku generasi. Jika akses internet demikian bebas, bukan tidak mungkin generasi terpapar tindak kriminal dari aktivitas mereka di dunia maya. Karena generasi sekarang tumbuh dalam era keterbukaan informasi dan digitalisasi. Mereka bergaul dengan dunia nyata dan maya. Dalam hal ini, peran negara masih tampak mandul. Negara gagal membendung konten-konten negatif yang dapat merusak generasi, seperti konten porno, kekerasan, perundungan, penyimpangan seksual, seks bebas, dan sebagainya.

Semua ini terjadi karena penerapan sistem yang rusak yakni sistem sekularisme kapitalisme. Sehingga salah satu dampak dari sistem ini adalah pendidikan yang menggunakan kurikulum yang berasaskan aqidah sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Kurikulum pendidikan sekuler telah gagal mewujudkan siswa didik yang berkepribadian terpuji dan tega melakukan perbuatan keji dan sadis. Tujuan pendidikan yang sejatinya untuk membangun karakter baik akhirnya tidak bisa tercapai. Penerapan sistem pendidikan sekuler hanya mewujudkan generasi berprestasi dalam akademik, sehingga mereka menjadi generasi yang individualis, kapitalistis, dan mendewakan materi sebagai tujuan hidup. Wajar jika perilaku manusia beriman dan bertakwa tidak tampak pada generasi sekarang.

Di sisi lain, meski banyak sekolah berbasis agama (Islam), tetap belum mampu menghalau rusaknya generasi. Mau sebaik apapun orang tua mengasuh dan mendidik dengan suasana iman, mereka tetap was was dengan lingkungan masyarakat sekuler yang tidak kondusif. Inilah pentingnya sistem sosial masyarakat yang islami, bukan hanya keluarga islami. Disinilah peran negara sangat penting. Mulai dari penyusunan kurikulum, sistem pendidikan, hingga pengawasan digital.

Serta lemahnya hukum di negeri ini telah membuktikan bahwa hukum dan UU yang ada tidak mampu mengatasi angka kriminalitas dan kejahatan. Berbagai regulasi yang dibuat untuk mencegah kejahatan tidak berefek jera bagi pelaku. Apalagi, pelaku kriminal kalangan remaja akan merasa “terlindungi” dengan dalih “di bawah umur”, padahal mereka seharusnya sudah cukup umur untuk memahami perbuatan salah dan benar, serta menanggung konsekuensinya jika melanggar.

Negara dalam sistem Islam akan memastikan institusi pendidikan dan media informasi mampu mengarahkan cara berpikir umat dengan benar, yakni menjadikan kehidupan semata-mata ladang amal bagi kehidupan akhirat yang kekal kelak. Dengan pendidikan berbasis aqidah Islam akan terbentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat mencegahnya berbuat maksiat. Anak juga diajarkan tanggung jawab atas setiap perbuatannya sehingga akan terbentuk generasi yang mampu bersikap dewasa dengan menjadikan halal haram sebagai asas perbuatan.

Negara juga akan menghilangkan segala hal yang merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim, seperti memblokir konten porno dan kekerasan; melarang produksi film atau tayangan pornografi, mengumbar aurat, dan konten negatif lainnya; menutup industri dan peredaran miras; hingga memberantas peredaran narkoba. Negara juga menegakkan sanksi hukum Islam sebagai penindakan atas setiap pelanggaran syariat Islam.

Wallahu’alam