Halokaltim – Industri kelapa sawit Indonesia akhir-akhir ini menjadi isu International dikarenakan baberapa hal yang terkait dengan isu ketenagakerjaan, kesetaraan gender, pekerja anak dan lingkungan. Merespon hal tersebut, GAPKI Cabang Kalimantan Timur bekerjasama dengan ILO Indonesia sepakat membuat program bersama berdurasi 6 bulan (sejak Juli 2023–Februari 2024). GAPKI Cabang Kaltim menetapkan 2 perusahaan sebagai Pilot Project, yaitu PT. Telen di Kabupaten Kutai Timur dan PT. Tritunggal Sentra Buana Plantation di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pada tanggal 29 Agustus 2023 dilakukan kegiatan pelatihan penguatan kapasitas bagi pekerja dan komunitas terhadap Norma Ketenagakerjaan, K3 dan Kesetaraan Gender. Dalam seremonial pembukaan, perwakilan ILO Indonesia (Bapak Januar F. Rustandie) mengharapkan pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk cabang-cabang GAPKI yang lain. Ketua Cabang GAPKI Kaltim (diwakili Wakil Ketua I Bapak Hendro Setyo Aji) mengharapkan diujung kegiatan diperoleh penguatan kapasitas dan pengetahuan tentang standar ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan pengarusutamaan gender bagi para komunitas, terutama para pekerja perempuan mitra kerja/rantai pasok sektor industri kelapa sawit. Dihadirkan juga sambutan GAPKI Pusat (diwakili Kepala Bidang Pengembangan SDM, Bapak Sumarjo Saragih), dilanjutkan oleh Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur (Bapak H. Rozani Erawadi, SH, MSi) yang berharap agar pelatihan ini bisa berdampak positif bagi peserta pelatihan dan dapat menerapkannya di tempat asalnya. Sebagai sambutan terakhir dan sekaligus membuka acara pelatihan adalah Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Bapak Ahmad Muzzakir, ST, Msi) yang menilai kegiatan ini sangat positif bagi para komunitas mitra kerja perusahaan dalam pemahaman Norma Ketenagakerjaan, K3 dan Kesetaraan Gender.
Kegiatan inti pelatihan berupa paparan dari para narasumber, mencakup: (1) Paparan ILO Indonesia (Bapak Januar F. Rustandie) mengenai “Penting Sosial Dialog dalam Forum Komunitas” kepada para komunitas. Dialog sosial menjadi salah satu kunci keberhasilan melakukan usaha di forum komunitas. (2) Paparan PT. REA Kaltim Plantations (Bapak Dedy Raisandy) mengenai “Peningkatan Pengetahuan tentang Hak Pekerja dan Kesetaraan Gender di Industri Kelapa Sawit” dimana diterangkan tentang hak-hak para pekerja yang lazim didapatkan pada perusahaan dan perlakuan kaum pekerja perempuan di lingkup perusahaan. (3) Paparan Konsultan dan Praktisi Ketenagakerjaan (Bapak Wartoyo) tentang “Norma Ketenagakerjaan sebagai Aspek Perlindungan Pekerja di Sektor Industri Kelapa Sawit” yang menekankan pentingnya mengetahui Norma Ketenagakerjaan sebagai pelindungan pekerja agar mendapatkan hak yang layak. (4) Paparan dari PT Astra Agro Lestari (Bapak Antonius) mengenai “Peningkatan Pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Kelapa Sawit”, yang menerangkan pentingnya aspek safety atau keamanan dalam melakukan aktivitas pekerjaan serta memberikan pemahaman tentang Kesehatan Kerja dalam ruang lingkup lokasi pekerjaan.
Sesi berikutnya adalah kegiatan umpan balik dari peserta pelatihan, dimana mereka diberikan form-form pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan para peserta dalam mengikuti presentasi yang diberikan [Norma Ketenagakerjaan, K3 dan Kesetaraan Gender]. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi para trainer dengan komunitas yang hadir. Pada sesi akhir, panitia memberikan sertifikat kepada para peserta pelatihan, para trainer berharap perlu ada perbaikan kinerja oleh komunitas peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan ini.
Kagiatan pasca pelatihan, yaitu kunjungan Tim GAPKI Cabang Kaltim bersama Tim ILO Indonesia ke level Komunitas pada tanggal 27 Oktober 2023, yaitu ke PT Tritunggal Sentra Buana di Kecamatan Muara Badak, KUKAR, dan PT Telen di Kecamatan Kaubun, KUTIM. Di dua lokasi tersebut diadakan pelatihan lanjutan level komunitas bersama dengan para rantai pasok berserta perangkat desa setempat. Tujuannya: (1) Memperluas jangkauan dampak dari pelatihan yang diadakan sebelumnya; (2) Memastikan apa yang sudah direncanakan sebelumnya sudah diimplementasikan di lapangan; serta (3) Memastikan kendala-kendala yang dihadapi dapat dicarikan solusi terbaik dan diterima oleh semua pihak. Dari kunjungan lapangan tersebut, fasilitator mendapat gambaran bahwa rencana aksi yang dibuat telah dapat dilaksanakan dengan baik sesuai target yang ditentukan sebelumnya.