Halokaltim – Kilas balik perjalanan dan biografi keluarga Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Kutai Timur sekaligus seorang politikus Partai Golongan Karya (Golkar), Asti Mazar. Bunda Asti, begitu biasa dia disapa, dikenal ramah dan humoris. Metro Kaltim berkesempatan mewawancarai Bunda Asti secara khusus di rumah jabatannya, belum lama ini.
Asti Mazar, SE M.Si lahir di Balikpapan, 11 September 1985 dari pasangan almarhum Bapak Alimuddin Pallawa dan Ibu Hajah Agustinah. Bungsu dari empat saudara serta suami tercinta Narto Bulang dan anak tersayang Azallea Myiesha Bulang ini memiliki hobi membaca, traveling dan olahraga bulu tangkis.
“Saya dari keluarga sederhana. Usaha orang tua mempunyai beberapa toko sembako yang berada di Balikpapan. Saya sekolah di SD Negeri 011, SLTP Negeri 9 Balikpapan Barat, SMK Negeri 2 Balikpapan, lulus tahun 2003, lalu kuliah ambil Diploma Betagama School of Bisnis jurusan sekertaris lulus tahun 2005.
Rencana mau melanjutkan kuliah di Samarinda, tapi Allah berkata lain. Saya menikah dengan suami dan itu juga menjadi salah satu yang berkesan bagi saya, karena saya tidak pernah membayangkan akan secepat itu menikah. Karena namanya anak bungsu saya belum paham arti sebuah pernikahan.
Setelah menikah saya diminta oleh bapak mertua untuk maju sebagai calon legislatif. Pada waktu itu umur saya baru 23 tahun. Sebelum maju saya minta restu kepada bapak saya. Tapi bapak minta saya salat istikharah dulu. Beberpa kali saya salat serta dukungan suami yang sangat luar biasa, Alhamdulillah, saya duduk menjadi anggota dewan dan bapak saya sangat senang. Saat itu (ketika menjadi dewan) saya berumur 24 tahun,” kenangnya.
Asti juga mengatakan, bahwa sebenarnya keinginan kuat bapaknya adalah ia menjadi camat. “Pokoknya nanti kamu harus sekolah di STPDN biar lulus jadi camat. Karena kakak-kakakmu tidak ada yang mau jadi camat. Alasan bapak waktu itu beliau ingin saya jadi camat yang baik dan betul-betul membantu orang yang memerlukan apa yang diinginkan bapak saya. Namun Allah memberikan lebih dari keinginan beliau,” bebernya.
“Sebenarnya saya tidak ada keinginan untuk maju lagi sebagai anggota legislatif, karena keinginan saya untuk lebih fokus dan konsen kekeluarga, mengurus rumah tangga. Tapi saya pertimbangan lagi, karena begitu banyak orang yang menaruh harapan dan membutuhkan saya di situ lagi. Maka saya berpikir untuk maju kembali.
Kalau menuruti hati saya tidak akan maju lagi. Tapi masyarakat yang berkata mudahan ibu panjang umur dan jadi dewan lagi. Kalau ibu jadi dewan bisa menolong dan membantu kami. Itu yang memotivasi diri saya untuk berbuat yang terbaik untuk masyarakat Kutim. Saya salat istikharah, Bismillah saya maju kembali,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan ada satu moment yang unik di saat masih kecil sampai remaja. Orang tuanya kalau marah selalu berkata: wanita karier. “Karena saya dulu suka main keluar rumah dan tidak betah di rumah, pulang cuma makan dan tidur saja. Ternyata apa yang orang tua dan kakak-kakak saya sumpahkan itu tekabul juga menjadi doa,” ucapnya.
“Makanya, kalau marah atau kesal sama siapa saja lebih bagus kita ngomong yang baik-baik saja. jangan menyumpahi yang jelek, kerana itu juga doa. Saya sangat bersyukur kepada Allah, sudah memiliki orang tua, suami dan keluarga yang banyak support saya, juga masyarakat yang mendoakan saya hingga sampai sekarang masih dipercaya mengemban amanah duduk jadi dewan,” tutup Wakil Ketua I DPRD Kutim, Asti Mazar, dengan senyum. (*)