BALIKPAPAN – Gubernur Kaltim Isran Noor berharap pengembangan ternak sapi dengan pola Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) dapat berjalan dengan baik.
Sehingga, Kaltim yang selama ini masih bergantung dengan daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan daging, bisa mewujudkan swasembada daging, bahkan diharapkan dapat menjadi produsen.
Harapan itu, disampaikan Gubernur Kaltim dalam sambutan yang dibacakan Pj. Sekda Provinsi Kaltim, Riza Indra Riadi saat membuka Diskusi Publik Kebijakan Daerah dalam Implementasi Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit untuk Mendukung Supply Chain Daging Sapi di Ibu Kota Negara, di Hotel Gran Tulip Balikpapan, Sabtu (2/7/2022).
Gubernur menguraikan, jumlah penduduk Kaltim pada 2021 mencapai 3,7 jiwa lebih dengan kebutuhan konsumsi daging sapi per tahun sebesar 9.828,81 ton. Jumlah itu setara dengan 62.852 ekor sapi per tahun.
Total populasi sapi di Kaltim mencapai 121.290 ekor, namun ketersediaan sapi yang dapat dipotong hanya sebanyak 11.166 ekor. Dengan jumlah itu Kaltim masih kekurangan sekitar 51.686 ekor sapi. Kekurangan daging sapi juga masih dipenuhi dari luar daerah baik dalam bentuk sapi potong maupun daging beku.
“Tentu kita tidak ingin jadi penonton terus menerus, tetapi saatnya menjadi produsen,” pinta Gubernur.
Dirinya berharap para pemangku kepentingan dapat mengambil peran dalam menyukseskan pengembangan peternakan di Kaltim khususnya pengembangan sapi dengan pola SISKA.
Terlebih, merinci data perkebunan, di Kaltim terdapat lahan kelapa sawit mencapai 1.392.965 hektar. Jika pemeliharaan secara ekstensif dengan asumsi dua hektar lahan sawit untuk 1 ekor sapi, maka potensi sapi yang dipelihara bisa mencapai 696.482 ekor
“Memang tidak mudah jika tidak ada kesepakatan dan kesepahaman, karena itu peran serta stakeholder sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Sebagai Pj Sekda, Riza Indra Riadi menambakan, sebenarnya program integrasi sapi dan kelapa sawit sudah pernah dilakukan namun program tersebut tidak dapat berjalan optimal.
“Masih terdapat kendala kendala administrasi serta kesenjangan dukungan dua dirjen yang berbeda,” sebut Riza.
Sementara di daerah, lanjut Riza, stakeholder belum ada yang mendukung, dikarenakan masih belum pahamnya informasi terkait integrasi sapi dan kelapa sawit.
“Dengan adanya diskusi publik ini, semoga dapat menggairahkan kembali dan dapat ditemukan kesepahaman dalam program ini,” kata Riza.
Terlebih Kaltim telah ditunjuk menjadi ibu kota negara , yang tentunya, kebutuhan akan daging nantinya juga akan semakin meningkat.
Diskusi Publik Kebijakan Daerah dalam Implementasi Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit untuk Mendukung Supply Chain Daging Sapi di Ibu Kota Negara di Hotel Gran Tulip Balikpapan, menghadirkan narasumber Kepala Bappeda Kaltim Prof. HM Aswin, PESKP Kementerian Pertanian, Prof Nyak Halim dan Ketua Dewan Gapensiska Dr Rusman Heriawan. (gie/sul/adpimprov kaltim)