Rindu Nobar, LAJ Kutim Terus Menanti Laga Sepakbola PSM Makassar dengan Berbagai Cara Ini

Halokaltim.com – Ada perumpamaan di dunia olahraga sepakbola, bahwa suporter itu lebih emosional dalam mengekspresikan diri dibanding pemain bola itu sendiri. Lantas, selama musim pandemi covid-19, para suporter sepakbola Tanah Air hingga kini jelas saja kehausan nonton bareng (nobar).

Seperti para suporter PSM Makassar yang tergabung dalam komunitas Laskar Ayam Jantan (LAJ) Kutim yang diketuai Muh Bakri Zam. Hingga kini, mereka terus menantikan laga kesebelasan tim kesayangannya itu.

Ketua LAJ Kutim Muh Bakri Zam (tengah, duduk), bersama para anggota LAJ Kutim.

Sebab sebagaimana diketahui bahwa tim berjuluk Juku Eja itu meliburkan kesebelasannya karena seluruh kompetisi dihentikan sementara oleh PSSI karena pandemi Covid-19 di Indonesia, sejak Maret 2020.

Korlap LAJ Sangatta, Didi Ardiansa mengatakan, tentu komunitasnya saat ini sudah sangat merindukan melihat para pemain di PSM Makassar bertanding. Tapi apalah daya, layar tancap yang sudah tersedia di markas LAJ Kutim belum dapat digunakan untuk menonton dan mendukung PSM Makassar karena pandemi covid-19 belum berakhir.

“Jadi kami tetap terus ngumpul dan menyibukkan diri dengan membuat berbagai kegiatan sosial seperti berbagi bantuan, gotong royong, futsal, bahkan kemping, supaya silaturahmi tetap jalan. Kadang kami tetap ngumpul walau hanya main-main domino berdiri atau main playstation saja,” ungkap Didi saat dijumpai jurnalis halokaltim.com di Markas LAJ Kutim, Jl Yos Sudarso II, Kecamatan Sangatta Utara, Kutim, Senin (13/7/20) sore.

Para anggota LAJ Kutim saat berada di Markas LAJ Kutim ketika Nobar sebelum pandemi covid-19.

Dari semua anggota sebanyak 107 orang, lanjut dia, tim LAJ Kutim tetap solid. Bahkan setelah merayakan hari ulang tahun LAJ Kutim yang dulunya hanya bernama LAJ Sangatta menjadi semakin besar. Itu karena semakin banyak suporter PSM Makassar yang bergabung dari Kecamatan Sangkulirang, Bengalon, hingga Kaliorang.

“Jadi sekarang LAJ Kutim tidak dari Sangatta saja. Bahkan kami ini bercampur suku, tidak dari Makassar saja. Ada juga dari Jawa, Banjar, dan berbagai suku dari Sulawesi seperti Mandar, Tator, dan lainnya. Kami makin solid,” ucap Didi bersemangat.

“Intinya kita punya homebase di sini (Markas LAJ Kutim). Kita punya tempat sendiri, jadi tidak pusing mencari tempat nobar seperti orang-orang yang berpindah-pindah tempat cafe kalau mau nobar. Kita ada layar lebar yang mendukung,” tutur Didi. (ash)