Debora Kristiani saat mengecek pasokan pangan di pasar tradisional.
Halokaltim.com – Menjelang bulan suci Ramadhan, komoditas gula pasir mengalami kenaikan harga di sejumlah pasar tradisional di Bontang. Pada tiga bulan terakhir harga per kilogramnya berkisar Rp 14 ribu, kini naik menjadi Rp 19 ribu. Kelonjakan tersebut berkisar antara 28-30 persen.
“Indikator dikatakan harga bergejolak jika kenaikannya lebih dari 25 persen,” ujar Debora Kristiani, Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Bontang.
Kata dia, kelonjakan harga ini disebabkan karena musim panen tebu yang masih Mei nanti. Ditambah meningkatnya permintaan pasar sehingga stok gula nasional mulai menipis. Pasokan dari distributor pun akhirnya menjadi berkurang.
“Sehingga berdampak pada pasokan yang kurang dan akhirnya harganya ikut melambung. Mungkin setelah musim panen nanti harga baru mulai stabil kembali,” tuturnya.
Berbeda dengan gula pasir, Debora menjelaskan, sejumlah komoditas pangan di tiga pasar tradisional di Bontang justru ada yang mengalami kelonjakan pasokan. Di pasar sementara rawa indah misalnya, komoditas jagung pipil, kacang tanah dan bawang merah melimpah lantaran minim pembeli. Di pasar citra mas loktuan, hampir semua komoditas pangan melimpah kecuali daging sapi dan daging ayam.
“Lain halnya di pasar telihan yang hampir semua komoditas mengalami gejolak penurunan pasokan. Karena pedagang pasar telihan tidak berani mengambil pasokan seperti biasanya disebabkan pengunjung pasar mulai sepi sehingga permintaan menurun,” terangnya.
Dia berujar, harga dan pasokan pangan ini akan rutin mereka pantau. Apalagi selama pandemi Covid-19 ini, mereka juga bertugas untuk memastikan pasokan pangan di Bontang selalu aman dan tersedia.
“Menjelang Idulfitri nanti kami juga akan turun kembali untuk memastikan pasokan pangan tersedia di hari raya,” pungkasnya. (adv/afq)