Halokaltim.com – Masih minimnya porsi keterwakilan kaum perempuan di dunia politik menjadi dasar terselenggaranya workshop public speaking bagi perempuan di Samarinda. Mewakili DPRD Kutai Timur (Kutim), empat tokoh perempuan politik hadir dalam kegiatan tersebut.
Asti Mazar Bulang, Kamsiah Rahman, Prayunita Utami, dan Hasna memenuhi undangan pada acara garapan Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Kaltim, di Hotel Selyca Mulia, Rabu (29/1/20) pagi-sore. Dari 10 kota/kabupaten se-Kaltim, sekira 50 peserta wakil rakyat perempuan ikut serta dalam acara tersebut.
Asti Mazar menilai, acara ini sangat baik karena memang orang-orang yang bertugas mewakili rakyat di parlemen harus terampil berbicara. Makanya workshop publik speaking bagi perempuan ini digelar memang untuk meningkatkan kualitas politikus perempuan.
“Itu (kemampuan berbicara) memang harus diasah terus,” ungkap Asti yang juga politikus Partai Golkar itu, saat diwawancarai jurnalis halokaltim.com tadi sore.
Bahkan, Asti mengaku sangat antusias sehingga berharap agar kegiatan tersebut bisa berkelanjutan.
“Saya bahkan sampaikan di workshop, seharusnya jangan sehari saja acara ini. Kami juga meminta ke narasumber yaitu Ibu Nora supaya hadir di Kutim nanti,” ucap perempuan yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD Kutim itu.
Asti merencanakan akan mengupayakan mengadakan kegiatan serupa, workshop publik speaking pada Maret mendatang. Acara itu direncanakan untuk diikuti Persatuan Istri Dewan (Perisda) Kutim.
“Nanti kami dari perempuan DPRD juga mendampingi. Kami juga mau buat agenda besar,” imbuhnya.
Mengenai keterampilan berbicara bagi anggota DPRD perempuan di Kutim, Asti menilai, hal itu bakal berimbas baik bagi perjalanan selama periode para anggota DPRD kali ini. Sebab, DPRD Kutim yang belum memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen, yakni hanya 6 perempuan dari total 40 kursi, perlu pengembangan diri agar bisa menonjol dalam membangun Kutim.
“Secara pribadi saya menilai, karena ada beberapa anggota dewan yang masih baru, mereka masih beradaptasi (persentase berbicara pada saat workshop). Tapi mereka sangat tinggi tingkat kehadiran dan keaktivannya. Bahkan mereka juga tak segan bertanya ke saya sebagai yang juga senior, bagaimana cara menyikapi berbagai situasi politik. Sebab dengan berani kita pasti bisa, bisa itu karena biasa,” urai Asti.
Terpisah, Kepala Dinas KP3A Kaltim Halda Arsyad mengatakan keterwakilan perempuan dalam ranah politik melalui refresentasi perempuan diharapkan memperkuat partisipasi, aspirasi serta kepentingan perempuan yang selama ini dianggap kurang tersampaikan.
“Indonesia telah menerapkan peraturan kuota 30 persen untuk keterwakilan perempuan dalam politik,” ujar Halda Arsyad. (ash)