Halokaltim, Sangatta – Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim) Prayunita menegaskan kehadiran perempuan dalam dunia politik harus ditunjang dengan aturan yang jelas. Menurutnya, latar belakang para politikus perempuan yang terjun ke dunia politik saat ini hanya kalangan tertentu.
Ia menilai bahwa di Indonesia sendiri, keterwakilan perempuan dalam kancah politik dinilai masih pada skor yang relatif rendah dalam kesetaraan gender. Oleh karenanya perlu lagi peningkatan pengaturan untuk mempermudah wanita masuk ke dalam dunia politik.
“karena memang perempuan yang masuk dunia politik, itu biasanya dari kalangan aktivis, kalangan orang yang istri-istri pejabat ataupun mereka yang mempunyai modal yang cukup kuat,” sebut Prayunita, Senin (15/7/2024).
Prayunita melanjutkan, ada banyak perempuan-perempuan yang memiliki kualitas untuk masuk ke dunia politik. Namun, dia menyebut hal ini tidak dibarengi dengan sistem atau aturan yang menyebabkan biaya politik terlalu tinggi.
“Jadi perempuan-perempuan yang mungkin banyak berkualitas di dunia sana yang mau masuk dunia politik jadi ngeri duluan karena memang dengan sistem yang sekarang memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk masuk ke dunia politik,” ujar Prayunita.
“Oleh karena itu bagaimana sistem yang dilakukan, mungkin juga sistem-sistem ini yang nanti dengan Perludem atau komisi perempuan atau legislasi sendiri, itu membuat aturan yang memudahkan perempuan yang khususnya berkualitas untuk bisa masuk ke dalam dunia politik,” imbuhnya.
Wanita berhijab ini menilai sangat disayangkan apabila SDM perempuan yang mempunyai gagasan baik tetapi tidak dilibatkan dalam membangun suatu daerah. Mestinya negara bisa memberikan akses yang secara khusus kepada perempuan-perempuan yang ingin berjuang di jalur politik.
“Inilah makanya kita perlu menjaring terutama juga dari partai. Partai politik juga harus memberikan kesempatan kepada perempuan untuk bisa menempati posisi-posisi kursi dalam pemilihan yang mungkin,” ujarnya.
Adapun lebih lanjut Legislator Nasdem tersebut memaparkan,”kalau sistem terbuka mungkin ya kita bisa bersaing, tapi misalnya kalau sistem tertutup kan juga mungkin harus menempatkan perempuan dalam posisi yang atas, tentunya perempuan-perempuan yang sudah terseleksi,” paparnya.