Halokaltim.com – Aksi teaterikal mahasiswa yang mementaskan kekerasan pers terhadap wartawan majalah Tempo, Nurhadi, berhasil menyedot perhatian massa di Simpang Patung Singa Sangatta, Kutai Timur, Kaltim, Senin (5/4/21). Penampilan Teater Sebumi membuat aksi solidaritas gabungan jurnalis Kutim kian menyayat hati.
“Tolong pak… Tolong saya…” ucap seorang aktor pemeran Nurhadi, yang ketika itu sedang berupaya meminta wawancara seorang bos proyek.
Dia kemudian diintimidasi, lalu dipukuli hingga tak berdaya. Peran sang aktor begitu menghayati, lengkap dengan riasan wajah seakan lebam dan berdarah.
Tubuhnya terkapar di tengah jalan saat dipukuli, sampai akhirnya adegan itu benar-benar selesai bersama tiga pemeran pembantu lainnya.
Pentas seni di tengah jalan itu selayaknya kejadian yang sebenarnya terjadi di Surabaya, 27 Maret 2021, saat hasil reportase Nurhadi dipaksa untuk tidak ditayangkan di majalah Tempo. Oknum terduga aparat mencoba menganiaya wartawan yang mendapat tugas mewawancarai tersangka suap pajak, Angin Prayitno.
Aksi teaterikal itu menyita perhatian serta pujian publik pagi itu, tak terkecuali rekan-rekan wartawan. Salah satunya datang dari Sekertaris Umum Aliansi Jurnalis Kutai Timur (AJKT) Raymond Chouda.
“Ini adalah suatu kejadian penting yang menciderai demokrasi. Kita harus apresiasi kawan-kawan mahasiswa yang sudah mau terlibat dalam aksi solidaritas, karena mereka mau menampilkan aksi teaterikal tentang perjuangan seorang wartawan saat menghadapi narasumber anti pers,” urai Raymond yang baru saja menyelesaikan orasi di Bundaran Simpang Patung Singa, siang itu.
Dia menilai, Teater Sebumi menunjukkan bentuk solidaritas serta dukungan terhadap pers melalui aksi teaterikalnya.
“Kami sengaja melibatkan para mahasiswa untuk menampilkan teater tentang kekerasan pers, karena dengan begitu aksi solidaritas ini menjadi berkesan. Bahkan bagi saya pribadi, juga ikut terlarut saat menyaksikannya,” lanjut Raymond puas.
Bahkan, saat menyampaikan orasinya, Raymond mengaku jadi sangat menjiwai lantaran berhasil melanjutkan suasana hati berkecamuk atas penganiayaan Nurhadi itu.
“Nurhadi, Nurhadi, Nurhadi… Beginilah nasibmu, wartawan yang mendapatkan kekerasan saat menjalankan tugas liputan. Seperti yang dipertontonkan teman-teman Teater Sebumi barusan, seperti itulah Nurhadi dianiaya, dan kami tidak mau hal serupa terjadi di Kutai Timur ini,” ucap Raymond lantang dalam orasi yang menyambung suasana teaterikal mengharukan itu.
Jurnalis berusia 29 tahun itu kemudian menutup orasinya dengan sebuah nyanyian. Lagu Bongkar dari Iwan Fals yang liriknya diimprovisasi, sebagai berikut :
Kalau wartawan sudah dibungkam,
Jangan harap berita bisa tayang
Televisi hanya tontonan,
Tapi berita korupsi tidak tayangWo o ya o ya o ya bongkar
Wo o ya o ya o ya bongkarSabar, sabar, sabar dan tunggu
Itu jawaban dari narasumber
Ternyata kita harus ke jalan
Robohkan birokrasi narasumber koruptorWo o ya o ya o ya bongkar
Wo o ya o ya o ya bongkar
Wo o ya o ya o ya bongkar
Wo o ya o ya o ya bongkar
(*)
Penulis : Andika Putra Jaya