Opini  

Belajar Minum Kopi dari Imam Lutfi

Nama Imam Lutfi atau lengkapnya Imam Sujono Lutfi, dikenal di Kabupaten Kutai Timur sebagai penyeruput kopi yang ulung. Saya salah satu pasien yang pernah ditangani beliau. Kok pasien sih? Iya, pasien kopi.

OPINI OLEH : Raymond Chouda

Satu pengalaman yang tak terlupa, saat saya berbarengan dengan Pak Imam pergi ke Samarinda, sekira dua tahun lalu. Saya menumpang mobilnya, dan akhirnya sejak saat itu saya mulai mengerti apa yang dimaksud kopi dari definisi beliau.

Di dalam mobilnya saat itu, ada sebuah buku yang lumayan tebal yang ditulis oleh Rhenald Kasali (saya lupa apa judulnya). Sementara bergelantungan di tangkai spion tengah ada pewangi ruang mobil berbahan kopi.

Sepanjang jalan kami habiskan dengan berbagi cerita dan tawa. Sebagian diskusi kami bahas tentang kopi. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah warung makan sederhana di pertengahan Jalan Poros Bontang-Samarinda.

Warung itu memang sangat sederhana, dibanding warung makan tahu Sumedang yang berada tepat di depannya. Jauh lebih megah dan luas (versi mataku).

Di situlah saya menyaksikan atraksi penyeduhan kopi tubruk ala Imam Lutfi yang banyak dielu-elukan kawan-kawan di Kutai Timur.

Sebuah penggiling kopi kecil ia keluarkan dari tasnya. Tampak ringan, seukuran gelas, dan mudah digenggam. Perlahan ia tumpahkan biji kopi ke dalamnya, lalu digiling dengan ringan, sehingga muncul suara “krrrkkk.. krrrkkk.. krrkk..” Saya sangat menikmati momen itu.

Saat itu, beliau menyajikan Kopi Puntang, asal Jawa Barat. Kopi puntang itu dikabarkan telah menyabet juara 1 nasional, bahkan juga tingkat Asia. Saya jadi semakin bersemangat menunggu kopi tersebut. Karena selain gratis –wkwk– saya juga penasaran.

Seorang perempuan penunggu warung tersebut kemudian membantu untuk memanaskan air hingga mendidih. Lalu air mendidih tadi dituang ke dalam gelas yang telah berisi hasil gilingan kopi.

Serbuk kopi ini tampak berbeda dibanding kopi merk kapal api yang biasa saya seduh di rumah. Serbuk ini teksturnya bukan seperti butiran pasir, tapi lebih berbentuk cacah.

Ternyata, tekstur cacah itu yang dihendaki. Penggilingan bertekstur cacah adalah kopi yang akan memelihara rasa asam dan sentuhan manis tanpa gula. Sejauh pengetahuan saya –gak nyontek Google loh ya– kopi dengan serbuk cacah itu adalah kopi yang justru lebih profesional dan menghasilkan manfaat bagi kesehatan.

Catatannya, menurut Pak Imam minum kopi yang sebenarnya tidak boleh dicampur gula. Juga, dianjurkan agar tidak diminum setelah memakan nasi atau karbohidrat. Tujuannya untuk mencegah respons kaget pada pencernaan.

Kampanye ini yang terus digerakkan beliau di mana-mana. Minum kopi tanpa gula.

Hasilnya, kopi puntang yang saya minum bersama beliau, tanpa gula, memang benar-benar mengajarkan bahwa nikmat itu tak mesti harus dengan pemanis tambahan.

Seperti cinta, juga tidak harus pakai uang. Karena cinta yang tulus itu tidak perlu dicampur kata-kata pemanis. (Tapi kalau mau berumah tangga tetap perlu pakai modal loh yaa).

Hari ini, 22 November 2020, saya masih minum kopi dengan gula. Alasannya, karena yang saya minum adalah kopi kapal api. Mungkin ini tidak relevan dengan kampanye Pak Imam.

Beberapa waktu lalu saya sampaikan ke beliau, bahwa alasan saya minum kopi pakai gula, adalah sebab rasa kopi kapal api itu tak akan nikmat bila tanpa gula. Selain karena ada dugaan bahan campuran, juga karena rasa serbuknya yang cenderung gosong.

Berbeda halnya bila kopi puntang disajikan dengan gula, pasti rasanya akan rusak. Makanya secara pribadi saya belum pernah menyeruput kopi kapal api olahan sendiri tanpa gula.

Tapi saya selalu berusaha tidak mencampur gula ke kopi yang sudah disajikan secara profesional. Seperti ketika memesannya di kedai kopi profesional.

Maka, pelajaran yang bisa saya petik dari sini adalah kopi yang nikmat dan sehat memang perlu perjuangan. Kita perlu membelinya di tempat yang lebih jauh, lalu menyajikannya dengan cara yang mungkin sedikit lebih berkeringat.

Lagi-lagi seperti cinta, kalau ingin mendapatkan cinta yang terbaik, maka perlu perjuangan dengan lebih berkeringat. (*) 

Billy Bets – Join Billy Bets for non-stop action, big wins, and an unforgettable betting experience anytime, anywhere.
Exit mobile version