Halokaltim.com – Warga penghuni kawasan bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) Samarinda kembali menggelar aksi penolakan atas penggusuran yang dilakukan Pemkot Samarinda. Mereka memblokade jalan dan meminta untuk dipertemukan tatap muka dengan Walikota Syaharie Jaang.
Aksi ini berlangsung tepat dihadapan Pasar Segiri di Jl Dr Soetomo, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Rabu (8/7/20).
Warga mendesak Pemkot Samarinda untuk menuntaskan janjinya terkait penyaluran uang santunan yang harusnya mereka terima sebelum bangunannya di bongkar.
“Kami ingin beliau (Walikota) menunjukkan sikap sebagai seorang pemimpin,” sebut Sekretaris Forum Komunikasi Masyarakat Pasar Segiri RT 28, Sudirman Akbar, dikutip dari Presisi.co.
Dari tadi yang mereka miliki, baru 7 bangunan yang disebut Pemkot telah terbayar. Data tersebut juga disebutnya masih simpang siur mengingat Pemkot disebutnya tak ingin terbuka atas data yang dimaksud.
“Warga RT 28 banyak yang tak menerima itu. Kalian (Pemkot) tak ada realisasi,” kata Akbar.
Sementara itu, Kepala Bidang Trantibum Satpol PP Samarinda menyebut, sudah 43 bangunan terdata menerima santunan. Sedangkan, untuk daftar penerima tak bisa dipastikannya, mengingat ada sejumlah pihak yang memiliki lebih dari satu bangunan.
“Per 1 Juli ada 7 rumah, per 8 Juli ada 36 rumah,” sebutnya.
Sedangkan, untuk data bangunan yang akan di bongkar, disebut Yosua berjumlah 210 bangunan, khusus di RT 28.
Bahkan, lanjut Yosua saat aksi pada Selasa (6/7) kemarin, pihaknya telah bersepakat dengan ketua RT 28, untuk membongkar bangunan yang telah dibayarkan oleh Pemkot Samarinda.
“Itu kesepakatan kemarin, makanya saat ada warga yang menolak, kami juga bingung,” sebutnya.
Kepala Satpol PP Samarinda Muhammad Darham menyebut hingga saat ini pihaknya masih menanti warga membuka barikade jalan sebelum lanjut membongkar bangunan yang telah dibayarkan.
“Kalau dibuka barikade ini, 43 bangunan ini yang kami robohkan. Karena ditutup terpaksa kita nunggu pihak kepolisan yang membubarkan,” ungkapnya. (ash)